Page 52 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 52

pengaturan kehutanan nasional setelah disahkannya Undang-undang
             Pokok Kehutanan Nomor 5 Tahun 1967.   56
                   Ketidakjelasan dan ketidakpastian hukum terhadap keberadaan
             masyarakat hukum adat serta hak-haknya atas tanah, semakin bertambah
             dengan disahkannya UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
             sebagai pengganti UU Pokok Kehutanan Nomor 5 Tahun 1967. Salah
             satu klausul yang bermasalah dalam Undang-undang Kehutanan 1999 ini
             adalah ketentuan yang yang mengatakan bahwa kawasan hutan adalah
             wilayah yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan
             melestarikan keberadaannya sebagai hutan tetap (Pasal 1 ayat 3), dan
             hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
             hukum adat (Pasal 1 ayat 6). UU Kehutanan ini juga menetapkan bahwa
             pemerintah berwenang menunjuk kawasan hutan (Pasal 1(1), 1(2) dan
             1(3). Penunjukan hutan adat dapat dilaksanakan sepanjang menurut
             kenyataan masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan
             diakui keberadaannya (Pasal 5(3)), dan pengukuhan keberadaan dan
             hapusnya masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud ditetapkan
             dengan Peraturan Daerah (Pasal 67(2)). 57
                   Pengukuhan kawasan hutan Negara diatur di dalam Peraturan
             Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan,
             Peraturan Menteri Kehutanan No.44/Menhut-II/2012 tentang
             Pengukuhan Kawasan Hutan, dan Peraturan Menteri Kehutanan No. 47/
             Menhut-II/2010 tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan. Menurut
             kedua peraturan menteri tersebut ditentukan bahwa Dirjen Planologi
             Kehutanan dapat menetapkan sepihak kawasan hutan, tanpa menunggu
             persetujuan masyarakat yang menguasai wilayah setempat. Sedangkan
             untuk penetapan dan perubahan status dan fungsi kawasan hutan
             sebagian besar tercantum dalam Keputusan Menteri Kehutanan No.70/
             Kpts-II/2001. Menurut Pasal 5 dan 16 PP No.44/2004, wewenang
             pengukuhan kawasan hutan Negara berada di tangan Menteri Kehutanan.
             Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten terbatas pada penentuan batas-
             batas kawasan hutan yaitu wewenang untuk membentuk Panitia Tata
             Batas yang berfungsi memberikan klarifikasi tentang status tanah dalam
             proses penyelenggaraan tata batas. Pemerintah daerah tidak mempunyai



                   56 Kertas Posisi, Op Cit, hlm. 6
                   57 Ibid, hlm 8


                                                  Hasil Penelitian dan Pembahasan  45
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57