Page 62 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 62

penetapan kawasan hutan (sebelum dan setelah percepatan)
                        sampai dengan Agustus 2014  seluas 71.973.740,36 hektar
                        atau sebesar 58,80% hektar atau sebesar 56,99%. 65

                             Pengukuhan itu merupakan pelaksanaan dari Permenhut
                        Nomor P.44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan
                        Hutan. Peraturan ini mengakomodasi keberadaan bukti tertulis
                        dan bukti tidak tertulis sebagai dasar hak masyarakat dalam
                        proses pengukuhan kawasan hutan. Di samping itu, peraturan
                        ini juga mengakomodasi batas virtual sebagai batas kawasan
                        hutan untuk lokasi tertentu yang tidak dapat dilakukan tata
                        batas fisik. Permenhut ini idealnya sejalan dengan putusan
                        MK, karena hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis,
                        sehingga dengan diakomodasinya bukti tidak tertulis, maka
                        hak masyarakat yang berasal dari hak adat dapat diakui.
                             Akan tetapi terdapat perubahan pada tahun 2013. Terbit
                        Surat Edaran Menteri Kehutanan Nomor SE.1/Menhut-
                        II/2013. Pada intinya surat edaran itu bertujuan untuk
                        memberikan informasi kepada seluruh Gubernur, Bupati dan
                        Kepala Dinas yang mengurus persoalan kehutanan di daerah.
                        Di dalam surat edaran ini terdapat kesalahan tafsir atas putusan
                        MK, karena dalam putusan MK dinyatakan bahwa hutan adat
                        merupakan bagian dari hutan hak, tetapi dalam angka II.1.c
                        surat edaran ini disebutkan bahwa hutan berdasar statusnya
                        ada tiga, yaitu hutan negara, hutan adat, dan hutan adat.
                             Kejanggalan itu dilanjutkan dengan Permenhut Nomor
                        P.62/Menhut-II/2013 yang merupakan perubahan terhadap
                        Permenhut Nomor P.44/Menhut-II/2012. Pasal 24A ayat
                        (3) Permenhut mengatur bahwa: “Dalam hal sebagian atau
                        seluruh wilayah masyarakat hukum adat berada dalam
                        kawasan hutan, dikeluarkan dari kawasan hutan.” Ketentuan
                        permenhut ini tidak sejalan dengan putusan MK, karena yang
                        dimaksud dalam putusan MK adalah hutan adat dikeluarkan
                        dari hutan negara, bukan berarti dikeluarkan dari kawasan
                        hutan. Salah satu pengabaian tampak dalam Pasal 17 berupa



                   65 Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Penetapan Kawasan Hutan, Menuju Kawasan
             Hutan Indonesia yang Mantap, Jakarta, September 2014


                                                  Hasil Penelitian dan Pembahasan  55
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67