Page 203 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 203

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
                                    16
            adalah setelah lulus SLTP.  Meskipun pada jamannya
            Soemotirto kegiatan merantau dilarang, namun demikian
            banyak yang merantau secara sembunyi-sembunyi,
            sedangkan saat ini tidak ada larangan merantau. Mereka
            rata-rata merantau ke Jakarta, Bandung, dan Surabaya,
            serta adapula sebagian kecil yang ke luar negeri, seperti
            ke Malaysia, Brunei, dan Hongkong. Pemuda Nganda-
            gan memiliki tradisi merantau, terutama setelah tamat
            SLTA. Tradisi merantau untuk mencari nafkah telah
            tertanam pada warga, bahwa selepas SLTA (Sekolah Lan-
            jutan Tingkat Atas) mereka akan merantau. Mereka baru
            kembali bila gagal di perantauan.
                Biasanya para perantau ini untuk sementara waktu
            akan ditampung oleh keluarganya yang ada di peran-
            tauan, sampai mereka mampu mandiri. Rata-rata para
            perantau bekerja sebagai buruh pabrik garmen di Jakarta
            dan mereka menyisihkan sebagian penghasilannya un-
            tuk dikirimkan ke keluarganya yang ada di Desa Ngan-
            dagan.
                Kota yang menjadi tujuan merantau adalah Jakarta
            dan kota-kota besar lainnya, dan pada umumnya mereka
            bekerja sebagai buruh kuli angkut, buruh bangunan, dan
            buruh pabrik. Sementara kecenderungan menjadi buruh
            migran ke luar negeri tidak terlalu diminati warga Ngan-
            dagan. Saat ini tercatat hanya lima orang perempuan asal



                16  Informasi dari FGD dengan pamong desa Ngandagan, 10 Juni 2010.

            182
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208