Page 102 - Tanah Hutan Rakyat
P. 102
Tanah Hutan Rakyat 89
perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan kemesraan, yang
wujud konkretnya berupa sikap dan tindakan tolong menolong
antar anggota masyarakat desa. Secara faktual sikap dan
tindakan ini nampak pada kegiatan pengelolaan tanah hutan
rakyat, di mana para pemilik hutan rakyat bahu membahu
melaksanakan konservasi demi tercapainya kesejahteraan dan
pemenuhan kebutuhan keluarga;
Kedua, adanya orientasi kolektif. Hal ini merupakan
konsekuensi atas adanya afektivitas, di mana masyarakat
desa lebih mementingkan kebersamaan mereka daripada
individualitas. Wujud konkretnya berupa sikap dan tindakan
masyarakat yang tidak suka menonjolkan diri, tidak suka
berbeda pendapat, dan lebih mengutamakan persaman dan
kebersamaan. Secara faktual sikap dan tindakan ini nampak
pada kegiatan pengelolaan tanah hutan rakyat, di mana para
pemilik hutan rakyat saling menyesuaikan diri sehingga yang
muncul adalah tindakan bersama;
Ketiga, adanya partikularisme, yang terkait dengan
kekhususan yang berlaku di suatu desa. Wujudnya berupa
pemeliharaan dan pemberlakuan secara terus menerus adat
istiadat yang ada dan dibangun di desa tersebut. Secara
faktual sikap dan tindakan ini nampak pada kegiatan
pengelolaan tanah hutan rakyat, di mana para pemilik hutan
rakyat memberlakukan ketentuan khusus, berupa kewajiban
menanam tiga pohon albasia bila pemilik hutan rakyat
menebang satu pohon albasia;
Keempat, adanya askripsi, yang terkait dengan mutu atau
sifat khusus yang diperoleh berdasarkan kebiasaan. Wujudnya