Page 117 - Tanah Hutan Rakyat
P. 117
104 Aristiono Nugroho, dkk
alam, yang berupa tanah longsor saat musim hujan, dan
kekeringan saat musim kemarau.
Untuk mencegah penjarahan hutan, Nisro membutuhkan
pranata sosial yang antisipatif. Pranata sosial yang antisipatif
berisi sistem norma yang mencegah dan menentang
penjarahan hutan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam frame konservasi tanah.
Fasilitasi bagi munculnya relasi sosial yang sadar sosio-ekologi
dapat dilakukan oleh pranata sosial, dengan menetapkan
norma dan nilai bagi prosedur kegiatan yang sadar sosio-
ekologi. Tepatnya, pranata sosial yang sadar sosio-ekologi
akan terdiri dari: (1) nilai dan norma, (2) pola perilaku yang
dibakukan, atau biasa disebut “prosedur umum”, dan (3)
sistem hubungan yang berupa jaringan peran dan status yang
menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku.
Ketika masyarakat Desa Kalimendong tidak menjarah
hutan, maka permukaan tanah yang bergelombang dan
terjal tetap memiliki vegetasi. Kondisi yang sosio-ekologi
ini tidaklah dapat dilepaskan dari perubahan yang berhasil
dikelola oleh Nisro. Perubahan yang terjadi merupakan
bagian dari perubahan budaya masyarakat, yang semakin kuat
memberi perhatian, dan melakukan upaya harmonisasi atas
aspek sosio-ekonomi dengan sosio-ekologi. Saat itu secara
evolutif, masyarakat merubah pengetahuan dan teknologi
pertanian-hutannya, agar semakin sesuai dengan keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dalam frame konservasi
tanah. Tetapi perubahan tersebut tidak boleh merusak suasana
rukun, yang telah diwariskan oleh para leluhur. Sebaliknya,