Page 222 - Tanah Hutan Rakyat
P. 222
Tanah Hutan Rakyat 209
aspek ketinggian, lereng, DAS (Daerah Aliran Sungai),
hidrologi, jenis tanah, dan geologi. Ketiga, aspek penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Berdasarkan hasil kategorisasi terbuka peluang bagi
dilaksanakannya pengelolaan tanah hutan rakyat yang
memiliki nuansa social forestry. Kondisi ini dimanfaatkan
oleh masyarakat Desa Kalimendong dengan menanam salak
di sela-sela albasia, yang dapat pula dikatakan sebagai inter-
cropping antara tanaman kehutanan (albasia) dengan tanaman
pertanian (salak). Kedua tanaman ini (albasia dan salak)
ditanam bersama dalam satu hamparan secara berselang-
seling. Dengan demikian hutan rakyat Desa Kalimendong
yang bernuansa social forestry juga dilengkapi dengan
konsepsi agroforestry, sehingga mampu mengkonstruksi
sistem budidaya tanaman yang secara ekologis lestari,
secara ekonomis menguntungkan, dan secara agronomis
memberikan hasil yang cukup tinggi secara berkelanjutan.
Konsepsi agroforestry di atas tanah hutan rakyat Desa
Kalimendong juga melibatkan partisipasi masyarakat,
sehingga mendukung semangat sosio-kultural yang mengarah
pada konservasi. Semangat sosio-kultural tercermin pada
adanya tradisi mengelola tanah hutan rakyat, yang meliputi
tradisi menanam albasia pada bidang tanah terjal yang dimiliki
masyarakat, serta tradisi menanam salak di sela-sela albasia.
Tradisi unik lainnya, antara lain dalam hal menebang pohon
albasia, di mana pohon salak yang berada di jalur lintasan
tumbangnya batang pohon albasia diikat seluruh pelepahnya,
agar tidak terkena batang pohon albasia yang tumbang.