Page 202 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 202
Pemulihan Kehidupan 193
Pascapengadaan Tanah Pembangunan Kilang Minyak Tuban
pengairan yang berlimpah. Sementara ketika musim kemarau, air
menjadi langka dan sulit didapat, sehingga pengairan untuk tanah
pertanian tergantung dengan keberadaan saluran irigasi teknis yang
pada kenyataannya tidak memadai. Jaringan irigasi yang melintasi
wilayah Desa Wadung dan Sumurgeneng sampai saat ini bahkan
belum ada, kemudian masyarakat mengatasi masalah kesulitan
air ini dengan sumur sibel yang kedalamannya hampir mencapai
30 meter. Pembuatan sumur sibel membutuhkan dana yang tidak
sedikit, sehingga sebagian masyarakat harus menjual hewan sapi
yang merupakan harta yang tak bernilai buat mereka.
Salah satu bentuk penolakan masyarakat yaitu menghalangi
petugas ukur baik dari PT. Pertamina maupun dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Tuban untuk melakukan pengukuran
lapang. Kedatangan petugas ukur dihalangi dengan menutup jalan
masuk ke lokasi atau menghadang dengan ancaman senjata tajam,
sehingga menyulitkan petugas ukur atau petugas lapang melakukan
pengukuran ataupun pendataan bidang-bidang tanah yang masuk
dalam penetapan lokasi.
4. Dampak sosial ekonomi pasca pengadaan tanah
Pengadaan tanah pembangunan kilang bahan bakar minyak
bagi pemilik tanah tidak membawa pengaruh atau dampak yang
negatif, karena pemilik tanah mendapatkan uang ganti rugi yang
besar sehingga dapat dibelikan tanah pengganti yang lebih luas
dibandingkan dengan tanahnya yang hilang. Bahkan lebih luas dari
tanah semula dimana pemilik tanah dapat membeli tanah pertanian
3 kali lebih luas dari tanah pertanian yang hilang. Lain halnya
bagi para petani penggarap yang tidak memiliki tanah, adanya
pembangunan kilang bahan bakar minyak mengakibatkan dampak
negatif, karena petani penggarap kehilangan pekerjaan atau mata
pencahariannya serta tidak mungkin mendapatkan uang ganti rugi
karena tidak memiliki tanah.
Penurunan produksi tanaman pertanian akibat hilangnya tanah
pertanian jika dihargai dengan harga pasar sekitar Rp.150.000,-
sampai Rp.250.00,- per meter2, maka dapat tertutupi dengan uang