Page 197 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 197
188 Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
mimba, randu, kelor, lamtoro, mahoni, waru, sengon, kopi, bambu,
asem, dan beringin. Sedangkan jenis tanaman buah-buahan yang
ditanam oleh masyarakat kebanyakan adalah: jambu biji, jambu air,
sukun, nangka, pisang, mangga, pepaya, kelengkeng, dan rambutan.
Namun tanaman keras tersebut tidak termasuk tanaman produksi
yang berfungsi sebagai sumber penghasilan tetap masyarakat
di lokasi sehingga tidak diperhitungkan pada pelaksanaan studi
kelayakan.
Sebagian masyarakat Desa Wadung dan Desa Sumurgeneng
juga memelihara hewan ternak yang biasanya ditempatkan di
kandang-kandang yang menyatu dengan tempat tinggal mereka.
Data monografi Desa Wadung menyebutkan jumlah sapi yang
dimiliki masyarakat Desa Wadung sebanyak 400 ekor, serta domba
dan kambing sejumlah 200 ekor. Sedangkan di Desa Sumurgeneng
terdapat 470 ekor sapi dan sekitar 235 ekor. Sejumlah hewan ternak
tersebut diprediksi akan mengalami dampak akibat tanah yang
hilang atau perubahan penggunaan tanah pertanian yang selama
menjadi sumber pakan ternak milik masyarakat.
Kemudian pembangunan kilang bahan bakar minyak juga akan
berdampak pada kehidupan masyarakat, dalam hal ini sebanyak 151
Kepala Keluarga harus direlokasi di tempat baru dan beradaptasi
dengan lingkungan tempat tinggal mereka yang baru tersebut. Hal
ini setidaknya akan berpengaruh pada mata pencaharian yang akan
hilang atau beralih dari mata pencaharian awal sebagai petani dan
buruh tani. Jumlah masyarakat yang terdampak dalam hal mata
pencaharian tersebut sebanyak 1.288 orang, terdiri dari 900 orang
merupakan petani yang memiliki lahan pertanian sendiri dan
sebanyak 388 orang sisanya adalah buruh tani yang menggarap tanah
pertanian milik orang lain. Rincian pekerjaan/mata pencaharian
masyarakat Desa Wadung dan Desa Sumurgeneng terlihat pada
Tabel 3.