Page 221 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 221

212    Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
                    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
             tidak hanya terjadi di kota besar saja, namun juga terjadi di berbagai
             pelosok daerah di Indonesia, bahkan sengketa tanah tersebut seiring
             berjalannya  waktu  dapat  berkembang menjadi konflik  maupun
             perkara  pertanahan  yang  tidak jarang  pula menimbulkan korban
             jiwa.  Oleh  karenanya perlunya penyelesaian  sengketa pertanahan
             yang cepat dan tepat agar tidak menimbulkan berbagai kerugian di
             masa mendatang.
                 Akar permasalahan pertanahan,  sebagian  besar  disebabkan
             oleh saling  klaim penguasaan  hak atas tanah. Akar permasalahan
             inilah  yang kemudian berkembang menjadi  sengketa bahkan
             menjadi suatu konflik dan perkara pertanahan. Penyebab timbulnya
             sengketa pertanahan tidak hanya terbatas pada nilai ekonomis tanah
             saja yang terus meningkat. Sengketa pertanahan juga dapat dipicu
             oleh berbagai aspek sosial, budaya dan bahkan aspek agama yang
             semakin hari menjadi  semakin kompleks. Untuk itu  diperlukan
             solusi atau penyelesaian terhadap berbagai kasus pertanahan agar
             para pihak yang bersengketa mendapatkan keadilan dan kepastian
             hukum terhadap tanah miliknya.

                 Penyelesaian kasus pertanahan pada dasarnya dapat dilakukan
             melalui dua (2) proses yaitu: proses penyelesaian sengketa melalui
             litigasi di  dalam  pengadilan  yang  kemudian  berkembang dengan
             adanya proses lain seperti penyelesaian sengketa secara kooperatif
             di luar pengadilan.  Penyelesaian sengketa dengan jalur kooperatif
                              1
             dikenal dengan  sebutan  Alternative Dispute Resolution (ADR)
             yang hendaknya dikedepankan dalam penyelesaian berbagai kasus
             pertanahan.
                 Sampai  saat  ini  penyelesaian sengketa  pertanahan  dalam
             pandangan masyarakat seringkali hanya dapat dilaksanakan dengan
             jalur litigasi atau melalui proses pengadilan. Dengan Jalur litigasi ini
             keadilan dirasa lebih mudah untuk didapatkan. Namun jalur litigasi
             ini memiliki banyak kelemahan yang tidak disadari oleh masyarakat.
             Adapun penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi seringkali
             diabaikan  oleh  masyarakat  yang  sebetulnya  memiliki banyak

             1    Samun Ismaya, Penyelesaian Kasus Pertanahan, Suluh Media, Yogyakarta, hlm. 22
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226