Page 224 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 224

Efektifitas Alternative Dispute Resolution     215
                                        Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata Pertanahan
             apabila  diharapkan pada  hukum positif  yang  mengatur  tentang
             pertanahan.


             C.  Alternative Dispute Resolution sebagai Alternatif Penyelesaian
                Sengketa Perdata Pertanahan
                 Kasus sengketa pertanahan secara prinsip merupakan sengketa
             perdata yang terjadi antara kepentingan-kepentingan subyek hukum
             baik antar individu maupun individu dengan badan hukum dimana
             hak atas  tanah  menjadi  obyek  sengketa.  Penyelesaian  sengketa
             sebagai langkah hukum  yang  biasa  ditempuh  oleh masyarakat
             untuk untuk mendapatkan keadilan serta kepastian hukum adalah
             melalui  lembaga peradilan.  Proses penyelesaian  sengketa  yang
             dilaksanakan melalui pengadilan atau sering disebut dengan litigasi
             yaitu suatu penyelesaian sengketa yang dilaksanakan dengan proses
             beracara di  pengadilan dimana  kewenangan  untuk  mengatur dan
             memutuskannya  dilaksanakan  oleh hakim.  Proses  peradilan ini
             diharapkan mampu memberikan solusi atau putusan atas sengketa
             yang dihadapi dengan harapan mampu memberikan keadilan dan
             kepastian hukum. Lembaga peradilan yang dimiliki oleh negara ini
             memiliki  mekanisme  tersendiri yang diatur oleh  Undang-Undang
             No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, baik dalam hal
             memeriksa, mengadili  dan memutus  suatu  perkara  yang harus
             dilaksanakan oleh para pihak yang bersengketa (Abdurrasyid, 2011).
                 Salah  satu  proses  yang ada dalam  lembaga  litigasi adalah
             dimana para pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama
             lain untuk mempertahankan hak-hak dan kepentingannya di muka
             pengadilan dengan hasil akhir putusan pengadilan. Kelebihan dari
             proses pengadilan ini adalah adanya adanya aspek kepastian hukum
             yang sangat erat dengan penerapan hukum materiil maupun hukum
             formil. Bahkan hukum formil menjadi penentu dari sah atau tidaknya
             putusan akhir dari  sebuah  penyelesaian  sengketa  (Basarah,  2011).
             Namun pada kenyataannya putusan yang dihasilkan oleh pengadilan
             seringkali tidak bersifat win-win solution dan hanya memenangkan
             kepentingan dan hak salah satu pihak. Hal inilah yang menjadi salah
             satu kelemahan dari proses litigasi melalui pengadilan.
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229