Page 272 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 272

Sengketa Tumpang Tindih Penguasaan dan/atau Kepemilikan Hak Guna Usaha (HGU)   263
                      Dengan Kawasan Hutan (KH) Studi di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
             3.  Lemahnya Penegakan Hukum; {Kondisi Negara Chaos-Orba-Era
                 Reformasi: Masyarakat beramai-ramai “menjarah” menguasai
                 lahan/tanah  Perkebunan}
             4.  Karena Lahan/Tanah HGU  ditelantarkan; {PP No. 11 /2010,
                 UUCK No. 11/2020 Psl.180: dengan sengaja tidak diusahakan atau
                 ditelantarkan dalam jangka waktu paling  lama  2 (dua) tahun
                 sejak diberikan dicabut dan dikembalikan kepada negara}.
             5.  Reclaiming sebagai Tanah Hak Adat/Ulayat; {Kompas,  Januari
                 2021, hlm. 8 : Pemberian Aset dan Akses Berlanjut: Pemberian
                 Hutan Adat seluas 37.500 Ha. Tindak lanjut dari Putusan MK
                 Nomor 35/PUU-X/2012- Hutan Adat}
             6.  Kebijakan Terkait Tata Ruang Era Otda dan Penunjukan Kawasan
                 Hutan – sdh dikoreksi oleh MK. {Putusan MK Nomor 45 /PUU-
                 IX/ 2011}

                 Problem yang  muncul  terkait  kebijakan  tersebut, yaitu:
             Dalam penerbitan Sertipikat HAT kepada Perusahaan Negara yang
             mendapat prioritas, Tanah-tanah Perkebunan yang telah diduduki
             oleh Rakyat terabaikan, yang seharusnya di-enclave atau dikeluarkan.
             – memunculkan konflik  penguasaan horizontal,  juga  vertikal.
             Karena hanya mengandalkan pada Meebrief/Surat Ukur (SU) yang
             ada. Tidak termasuk tanah-tanah perkebunan yang diduduki oleh
             Rakyat  (yang  akan  diatur  tersendiri  dgn  Sk.  37/Ka/1964),  karena
             tanah perkebunan tsb masih  perlu diselesaikan menurut ketentuan
             UU No. 51 Prp. Tahun 1960; dan jangka waktu Penyampaian Daftar
             Keterangan diperpanjang:  untuk  Perusahaan  perkebunan Negara
             sampai dengan  31-12-1964, sedangkan untuk Bank Negara sampai 31-
             7-1964.  HGB dan HGU berlaku sejak didaftarkan (UU No. 5 Tahun
             1960 Jo. PP No. 10 Tahun 1961) dan berlangsung jangka waktu haknya:
             1) Kalau tanahnya bekas hak eigendom hingga tanggal 24 -9-1980; 2)
             Kalau tanahnya bekas Hak Opstal, Erfpacht atau Concessie selama
             sisa waktu  hak ybs, tetapi paling lama hingga 24 September 1980.
             (Bagaimana dgn di Provinsi Papua?.); Selama HGB dan HGU  belum
             didaftar menurut UUPA Jo. PP No. 60 Tahun 1961, maka tanah ybs
             dianggap sebagai dikuasai dengan Hak Pakai oleh Perusahaan dan
             Bank Negara yang bersangkutan.
   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277