Page 274 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 274

Sengketa Tumpang Tindih Penguasaan dan/atau Kepemilikan Hak Guna Usaha (HGU)   265
                      Dengan Kawasan Hutan (KH) Studi di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
                 dilibatkannya BPKH untuk memberikan pertimbangan teknis
                 dalam rangka penerbitan IU Perkebunan;  Tidak berperannya
                 Dinas Kehutanan kabupaten sebagai pemangku kawasan hutan
                 di  wilayah kabupaten  dalam  proses  penerbitan Izin Lokasi
                 Perkebunan  yakni  dalam  memberikan  pertimbangan  teknis
                 ketersediaan lahan eks Kawasan;
             3.   Lemahnya  pengawasan  dan  pengendalian Dinas Kehutanan
                 kabupaten  terhadap pelaksanaan  kegiatan perkebunan,
                 pengamanan hutan HPH/HPHTI menelantarkan arealnya (tidak
                 melakukan aktivitas di  lapangan)  Lemahnya pengawasan dan
                 pengendalian oleh Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan
                 (BUK)  Kementerian Kehutanan,  serta Dinas Kehutanan  dan
                 Perkebunan provinsi  terhadap pelaksanaan  kegiatan  HPH/
                 HPHTI;
             4.  Belum  adanya koordinasi  antara Dinas Kehutanan  provinsi
                 dengan  Dinas  Kehutanan  dan  Perkebunan  kabupaten,  serta
                 BPKH untuk melakukan rekonstruksi batas kawasan areal HPH/
                 HPHTI.

                   Jika  faktor-faktor  tersebut  tidak  segera ditindaklanjuti  oleh
             instansi-instansi  terkait,  dan  tidak ada  upaya  penyadaran atau
             penyuluhan kepada perusahaan-perusahaan perkebunan, tentu saja
             kekisruhan  kawasan dan  permasalahan antar  instansi  takkan ada
             habisnya.


             F.  Tindak Pidana Kehutanan
             Larangan-larangan  yang  tidak diperbolehkan dan  menimbulkan
             sanksi  pidana  diatur  dalam Pasal 50  UU  Nomor 41  Tahun 1999
             tentang Kehutanan.  Pasal 50 tersebut menyebutkan bahwa: Pasal
             50:
             1.   Setiap orang dilarang  merusak  prasarana dan  sarana
                 perlindungan hutan.
             2.  Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,
                 izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan
                 hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279