Page 137 - Pemodelan Spasial untuk Prediksi Pengunaan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
P. 137

16.869,733 ha dalam kurung waktu 20 tahun terakhir. Pembangunan
            lahan  terbangun  dan pertumbuhan penduduk  menyebabkan
            kebutuhan  air  semakin meningkat. Jaringan  air bersih  seperti
            PUDAM belum dapat memenuhi kebutuhan yang pada tahun 2020
            baru mencapai 35% bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Sleman,
            sehingga penggunaan air tanah semakin meningkat setiap tahunnya.
            Harga air tanah yang lebih murah dibandingkan air PUDAM menjadi
            pilihan masyarakat  untuk menggunakan  air  tanah hingga  saat ini.
            Kebutuhan yang sangat besar tidak sebanding terhadap proses durasi
            bertambahnya volume air tanah.
                Menurut Purwantara (2015) bahwa Provinsi DIY mengalami
            penurunan muka air tanah disebabkan oleh berkurangnya ruang yang
            dapat menyerap air tanah. Realita yang terjadi dibuktikan dari hasil
            analisis spasial dengan kondisi lahan pertanian di Kabupaten Sleman
            telah  mengalami  penurunan  secara drastis dari  tahun  2003-2023
            seluas 11.462,986 ha dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Perubahan
            lahan pertanian  banyak terjadi pada wilayah yang  memiliki elevasi
            dan kelerengan  yang landai,  padahal  kapasitas  tanah  yang  dapat
            menyerap air hujan (infiltrasi) secara maksimal berada di lahan yang
            topografinya landai (Nurhayati,  Wawancara 7 Maret 2024). Lahan
            terbangun  yang mendominasi  topografi landai menyebabkan  air
            hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan menjadi air limpasan yang
            lebih banyak dibandingkan infiltrasi. Permasalahan utama dari proses
            ini akan menyebabkan air yang berada di permukaan tanah jauh lebih
            besar daripada di dalam tanah yang dapat mengakibatkan bencana
            banjir.  Topografi landai  yang mendominasi  wilayah Kabupaten
            Sleman dengan  kondisi  penggunaan  tanah  lahan  terbangun dan
            persawahan  dapat menyebabkan kerugian  yang  sangat besar jika
            banjir lokal terjadi kembali. Kerugian material terjadi secara sekaligus
            terhadap manusia pada permukimannya maupun para petani akibat
            kegagalan panen pada lahan sawahnya. Hal ini dibuktikan terjadinya
            banjir di tahun 2016 sebanyak 7 kali dan meningkat sebanyak 18 kali
            di tahun 2020. Kerugian material sangat terasa di tahun 2020 telah
            menyebabkan kerugian daerah sebesar Rp 1.512.350.000 (Pemerintah
            Daerah Kabupaten Sleman, 2021a).


            106   Pemodelan Spasial untuk Prediksi Penggunaan dan
                  Pengendalian Alih Fungsi Lahan pertanian
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142