Page 81 - Pemodelan Spasial untuk Prediksi Pengunaan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
P. 81

Permasalahan  penggunaan tanah  yang  tertutupi  awan tidak
            menjadi  satu-satunya,  terdapat satu  permasalahan  lagi  yang  perlu
            diselesaikan yaitu penggunaan tanah perairan. Penjelasan sebelumnya
            sudah menyatakan lokasi perairan yang berhimpitan dan dikelilingi
            oleh penggunaan tanah yang dominan seperti lahan terbangun dan
            kebun/tegalan memunculkan bias interpretasi  dalam  pemodelan
            spasial  dalam klasifikasinya. Menghindari  bias  tersebut  dilakukan
            digitasi  menggunakan  peta acuan dari  citra  Landsat dari  Google
            Earth yang lebih tampak interpretasinya daripada citra Landsat serta
            mengacu juga terhadap titik sampel training area perairan yang telah
            diambil  secara langsung  pada lokasi-lokasi  tersebut. Penggunaan
            tanah  hutan  seperti  penjelasan  sebelumnya  yaitu  menggunakan
            data tutupan lahan Kabupaten Sleman yang diterbitkan oleh Dinas
            Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Sleman. Proses pembuatan
            penggunaan  tanah  sangat kompleks  untuk mendapatkan hasil
            klasifikasi yang sangat baik melalui tahapan pemodelan SVM, digitasi,
            dan tumpang susun data sekunder.

            C.  Uji Akurasi Klasifikasi Penggunaan Tanah
                Penginderaan  jauh  menjadi alat utama dalam pembuatan data
            penggunaan  tanah  pada  suatu  wilayah melalui klasifikasi  yang
            tampak pada interpretasi citra satelit. Interpretasi citra Landsat tetap
            membutuhkan  pengujian  akurasi  terhadap kesesuaian klasifikasi
            tersebut agar dapat digunakan untuk kegiatan pemetaan dan analisis
            secara mendalam (Gunathilaka & Fernando, 2022). Pengujian akurasi
            ini membutuhkan titik sampel untuk penentuan area yang dilakukan
            digitasi pada setiap klasifikasi penggunaan tanah. Luasan area hasil
            dari titik sampel uji akurasi dibandingkan terhadap luasan area hasil
            klasifikasi pemodelan SVM pada lokasi yang sama. Luas training area
            untuk uji akurasi tetap mengacu pada Lillesand & Kiefer (1979) sebesar
            10n-100n piksel per klasifikasi, sehingga piksel yang dibutuhkan per
            klasifikasi penggunaan tanah seluas 300 piksel.
                Metode pengujian akurasi yang paling banyak diterapkan secara
            global dalam kegiatan klasifikasi penggunaan tanah yaitu confusion
            matrix  yang memberikan informasi mengenai  user’s accuracy,


            50    Pemodelan Spasial untuk Prediksi Penggunaan dan
                  Pengendalian Alih Fungsi Lahan pertanian
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86