Page 142 - Jogja-ku(dune Ora) didol: Manunggaling Penguasa dan Pengusaha Dalam Kebijakan Pembangunan Hotel di Yogyakarta
P. 142

dalam implementasi kebijakan pengendalian pembangunan hotel
           ini bukan hanya belum adanya regulasi namun juga akibat problem
           kekuasaan. Hal ini, karena kebijakan yang diberlakukan oleh
           Pemerintah Kota Yogyakarta masih mengandung unsur-unsur yang
           sarat dengan politis, sehingga kebijakan yang diambil kurang tegas.


           D. Ke(Ɵdak)hadiran Kepedulian Pemerintah
               Sudah selayaknya Pemerintah Kota  Yogyakarta hadir dalam
           menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan oleh masifnya
           pembangunan hotel, salah satunya yakni dengan dikeluarkannya
           kebijakan publik untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
           dalam masyarakat. Namun sikap pemerintah Kota  Yogyakarta
           sendiri, dalam konteks pembangunan hotel yang masif ini masih
                                               88
           bergaya seperti “pemadam kebakaran” . Pemerintah hanya beraksi
           ketika sudah terjadi peristiwa, sehingga kebijakan yang diambil pun
           terkesan tidak bersifat preventif.
               Nyatanya Pemerintah Kota  Yogyakarta dalam pengambilan
           kebijakan moratorium pembangunan hotel saja atas desakan
           dari berbagai pihak.  Terlebih lagi Pemerintah Kota  Yogyakarta
           memberikan berbagai kemudahan dalam perizinan pembangunan
           hotel, namun belum sepenuhnya didasari dengan perhitungan yang
           dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari. Sebagai contoh,
           banyaknya pemberian izin pembangunan hotel di kawasan penduduk
           kepadatan tinggi memunculkan ancaman terhadap ekploitasi
           khususnya sumberdaya air di perkotaan.
               Pentingnya kehadiran dan kepedulian Pemerintah harus diwu-
           judkan dengan tindakan yang nyata untuk menjaga keseimbangan



           88  Menyi r pernyataan dari Eko Teguh Paripurno, dalam wawancara pada tanggal 19
               Mei 2016.


                  Tantangan Mewujudkan Yogya yang “Seyogyanya” Berhati Nyaman  127
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147