Page 19 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 19
Janganlah kamu bermaksud terhadap perkara yang buruk untuk kamu
infakkan. Sedangkan secara istilah adalah menyapu wajah dan kedua tangan dengan
debu yang suci atas jalan yang tertentu sebagaimana firman Allah swt. (QS al-
Maidah/5: 6)
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ءام َ اود َ تَ مَ ل ف ءاسنلا متسملا وَأ طئاغْلا نم مُ كنَّ م دحَأ ءاج وَأ ٍ رفس ىَ لع وَأ ىضرَّ م متنك نإو َ ….
َ
َ
ٌ
َ
ُ ُ
ْ ُ
َ
َ ه
َ ْ
ْ
َ ْ
َ
َ ْ
َ
ُ ْ
ه ُ َ ْ
َ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ديِ ري نك َ لو ٍ جرح نم مُ كيَ لع لعجيل للّا ديِ ري ام هنم مُ كيديَأو مُ كهوجوب اوحسماف ابيَ ط اديعص اوم مي ت ف
ْ
ْ
َّ ََ
ً
َ ً
ُ َ ُ ْ
ْ َ َ ْ َ ُه ُ
ُ
ه
ََ ْ ه
َ
ُ َ ْ
ه
ُ
َ
َ ُ
ْ َ ْ
َ
ُ ُ
ِ ِ ِ
رهطيل
ُ
ْ َ
َ
ْ َ ْ ْ َ َُ ْ َّ
َ
- ٦ - نورُ كشت مُ كَّ لعَ ل مُ كيَ لع هتمعن متيلو مكََّ ِ
ُ َ ْ َ ُ
ُ
Dan apabila kamu sekalian sakit atau dalam perjalanan, atau sehabis buang air
besar, atau bercampur dengan perempuan (isteri), kemudian kamu tidak
mendapatkan air (untuk bersuci), maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(suci). Sapulah muka dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. (QS al-Maidah/5: 6).
1) Sebab dilakukan tayamum
Adapun sebab-sebab disyariatkannya tayamum adalah:
a) Tidak ada air sama sekali atau ada air tetapi tidak cukup untuk dipakai bersuci,
berdasarkan hadis Imran bin Husein ra katanya:
ىلصت نا نلاف يَ كعنيم ام لاقف ، موقلا عم لصي لم لازتعم لاجر ىأر ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر نا
كيفكي هناف ديعصلبَ كيلع لاقف .ءام لاو ةبانج نتباصا الله لوسر يَ لاقف ؟موقلا فى
Bahwa Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki yang memencil dan tidak salat
bersama kaumnya. Rasul kemudian bertanya, “Kenapa Anda tidak salat?”
Ujarnya, “Saya dalam keadaan junub, sedang tidak ada air.” Maka Nabi
bersabda, “Pergunakanlah tanah, demikian itu cukup bagi Anda.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
b) Jika seseorang mempunyai luka atau ditimpa sakit dan ia khawatir dengan memakai
air itu penyakitnya jadi bertambah atau lama sembuhnya, baik hal itu diketahuinya
sebagai hasil pengalaman atau atas nasihat dokter yang dapat dipercaya berdasarkan
hadis Jabir r.a katanya:
Suatu ketika kami pergi untuk perjalanan. Kebetulan salah seorang di antara
kami ditimpa sebuah batu yang melukai kepalanya. Kemudian orang itu
bermimpi, lalu menanyakan kepada teman-temannya: “Menurut tuan-tuan,
dapatkah saya ini keringanan untuk bertayamum?” ujar mereka: “Tak ada bagi
Anda keringanan, karena anda bisa mendapatkan air.” Maka orang itupun
mandilah dan kebetulan meninggal dunia. Kemudian setelah kami berada di
hadapan Rasulullah saw. kami sampaikan peristiwa itu kepadanya. Maka
ujarnya, “Mereka telah membunuh orang itu, tentu mereka dibunuh pula oleh
Allah! Kenapa mereka tidak bertanya jika tidak tahu? Obat bodoh tidak lain
hanyalah dengan bertanya! Cukuplah bila orang itu bertayamum dan mengering-
kan lukanya, atau membalut lukanya dengan kain lalu menyapu bagian atasnya,
kemudian membasuh seluruh tubuhnya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan
Daruquthni serta dishahihkan oleh Ibnu Sikkin).
18