Page 13 - e book penelitia PDUPT arimbawa 4012
P. 13
CAKUPAN KRIYA DAN
BAB II KERAJINAN
Kedua istilah tersebut perlu dijelaskan mengenai pengertian dan
relevansi penggunaannya terkait dengan judul buku ini, agar tidak
menimbulkan kekeliruan dalam memahami fokus dan tujuannya. Sejak
dahulu mengenai pengertian istilah kriya dan kerajinan sering menjadi
bahan diskusi yang menarik di kalangan akademisi dalam upaya
mencermati titik perbedaan dan persamaannya, sedangkan pada
masyarakat umum, istilah kriya belum begitu populer dan mereka
cenderung lebih mengenal istilah kerajinan. Pada hal, karya-karya kriya
sebenarnya telah hadir dan digunakan oleh semua stratifikasi masyarakat,
baik pada lapisan bawah, menengah maupun lapisan atas. Dalam konteks
pemenuhan kebutuhan praktis, sebenarnya kriya telah digunakan oleh
masyarakat umum sebagai sarana penunjang aktivitas hidup dan untuk
mengangkat harkat serta martabatnya (Gustami, 1999: 3). Keterbatasan
pemahaman masyarakat tentang istilah kriya menyebabkan timbul
beragam interpretasi dan bahkan dalam penggunaannya kadang tidak
sesuai dengan makna yang dikandungnya.
2.1 Etimologi Kriya
Asal mula penggunaan istilah kriya di kalangan akademik berawal
ketika muncul wacana tentang pemberian nama suatu jurusan di ISI
Yogyakarta. Pada zaman ASRI Yogyakarta tahun 1950, jurusan tersebut
diberi nama Jurusan Seni Pertukangan. Kemudian pernah pula diberi nama
Jurusan Seni Kerajinan. Namun, penggunaan kata tersebut dianggap tidak
mewadahi maksud dan tujuan jurusan secara utuh maka pada tahun 1968
manakala ASRI berubah menjadi STSRI “ASRI” jurusan tersebut diberi
nama Jurusan Seni Kriya (Hendriyana, 2018).
5