Page 40 - Pengantar Filsafat Umum
P. 40

30     FILSAFAT UMUM


             bagi pengertian lain yang harus jelas dan tegas. Kriterium lain adalah
             evidensi (pembuktian) hanya ditemukan dalam kegiatan akal yang langsung,
             bukan sekedar tangkapan inderawi yang penuh kontradiksi. Bukan
             juga berupa intuisi dan imajinasi yang tidak menawarkan kepastian.

                  Untuk mencapai tingkat kepastian tertinggi, maka ‘setiap persoalan
             yang diteliti mesti dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sebanyak mungkin,
             sejauh diperlukan untuk pemecahan yang memadai. Ini aturan kedua
             Descartes yang disebutnya resolution (pelarutan). Dalam aturan ketiga,
             bagian-bagian yang paling sederhana ini yang lebih mudah membukti-
             kannya, secara bertahap beranjak ke pengertian yang lebih kompleks.
             Melalui analisa mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-
             hakikat ‘sederhana’: dari hakikat yang sederhana kemudian dideduksikan
             secara matematis segala pengertian lainnya. Setelah melakukan deduksi
             bertingkat ini, pengertian yang tercapai diuji dengan pembuktian induktif,
             yang disebutnya enumeration (penguraian). Induksi nyata ini membutuhkan
             observasi empiris. Bagian terakhir ini menimbulkan kesukaran serius bagi
             metode Descartes dan pengikutnya. Kesukaran inilah yang kemudian
             dijawab oleh pendekatan empirisme yang tidak harus mengekang induksi
             hanya pada pembuktian hasil deduksi, tetapi melepaskannya untuk
             mencari dan mengungkap kebenaran sendiri.


             5. Metode Empiris-Eksperimental
                  Para penganut empiris sangat dipengaruhi oleh sistem dan metode
             Descartes, terutama dalam menekankan data kesadaran individual yang
             tidak dapat diragukan lagi. Bagi mereka, pengalaman (empeiria) adalah
             sumber pengetahuan yang lebih dipercaya ketimbang rasio. David Hume
             (1711-1776) adalah penyusun filsafat Empirisme ini dan menjadi antitesa
             terhadap Rasionalisme.
                  Menurut Hume bahwa semua ilmu berhubungan dengan hakikat
             manusia. Ilmu tentang manusia merupakan satu-satunya dasar kokoh
             bagi ilmu-ilmu lain. Karenanya, ilmu tentang manusia perlu disusun
             paling awal. Inilah yang dilakukan dalam karyanya Treatise yang setelah
             menerangkan hakikat manusia, ia menyusun sistem keilmuan yang
             lengkap.
                  Hume memakai metode eksperimental, metode yang membawa
             kepada kesuksesan yang luar biasa dalam ilmu alam. Menurut Hume,
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45