Page 35 - Pengantar Filsafat Umum
P. 35

FILSAFAT UMUM   25


             akan tercapai. Intuisi seseorang akan memandunya mengungkapkan
             kembali kebenaran itu.

                 Dengan jalan introspeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-
             simbol, diusahakan pembersihan intelektual – pada gilirannya juga
             penyucian moral – sehingga tercapai suatu pencerahan pemikiran.
             Jika semua bahan yang dihimpunnya dari berbagai filosof dan agama
             itu, walaupun pada penglihatan kelihatan saling bertentangan dan
             semerawut, tetapi melalui proses kontemplasi akan terpilah, tertapis
             dan tersusun secara harmonis. Ini akhirnya akan menciptakan visi kosmos
             yang harmonis pula. Jika sudah tercapai visi ini, maka aspek apa saja
             yang cocok dengan kerangka menyeluruh visi, maka ia akan menjadi
             benar pula. Keseluruhan visi sintesis itu menjadi ‘apriori’ metodis bagi
             Plotinus. Konsep ini sering dikritik banyak pihak bahwa Plotinus bersifat
             terlalu dogmatis dan single-minded, serta tidak begitu tentatif. Lagi pula,
             Plotinus sering memakai perlambang dan andaian yang tidak terkawal
             ketat dan maksudnya terlalu diserahkan kepada intuisi masing-masing.
             Dari segi pemuasan kejiwaan, barangkali Plotinus telah berhasil, tetapi
             untuk suatu pemastian dan pengembangan, ia dianggap kurang berhasil.
             Akhirnya, metode ini disempurnakan oleh penganjur metode intuitif
             pada abad Modern.
                 Hendri Bergson, guru besar di sebuah universitas Paris, sangat
             tertarik dengan Plotinus. Menurut Bergson bahwa dalam diri manusia
             ada vitalitas naluri, spiritualisasi, dan vitalitas biologis. Vitalitas spiritualitas
             ini melawan segala materialisme dan mekanisme, mendobrak segala
             hukum kausalitas hingga membawa manusia menuju penghayatan
             yang makin meningkat terhadap ilmu, seni, susila dan agama. Bergson
             lebih berpikir dalam bentuk riak gelombang intuitif, ketimbang dalam
             konsep-konsep. Ia tidak menjabarkan gagasan dan konsep dengan
             sistematis yang dikonstruksikan secara logis, tetapi lebih dengan mem-
             biarkan pikiran menyelam dan menjelajah dalam arus kesadaran asli
             manusiawi. Pengalaman batiniah inilah, menurut Bergson, jalan untuk
             menghasilkan pengertian mutlak.
                 Sama dengan Plotinus, Bergson banyak memakai simbol untuk
             mencairkan konsep-konsep dan untuk mengarahkan visi dan intuisi.
             Simbol-simbol itu, kata Bergson, tidak mematikan gerak, malah turut
             bergerak, dengan intuisi manusia. Bagi Bergson bahwa simbol itu mem-
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40