Page 39 - Pengantar Filsafat Umum
P. 39
FILSAFAT UMUM 29
4. Metode Matematis
Masih ingatkah Anda nama Descartes (1596-1650)? Filosof, ilmuwan
dan matematikawan ini menjadi tokoh utama metode matematis. Bidang
ilmu yang dikuasainya memang sangat luas. Ia menguasai ilmu pasti,
ilmu alam, astronomi dan arsitektur, dan metafisika. Disiplin ilmu eksakta
ini membawanya ke alam filsafat.
Dibekali berbagai bidang ilmu, Descartes merasa tidak puas
dengan filsafat yang diterimanya. Ia menyadari jurang antara filsafat
dan ilmu (eksakta). Menurutnya, ilmu alam tidak dapat dibangun dan
dikembangkan tanpa menyusun terlebih dahulu satu kerangka metafisika
dan epistemologi, yang akan memberinya fondamen yang kokoh dan
dasar prinsipil yang kuat. Logika Aristoteles dikritiknya sebagai tidak mem-
bawa kepada pengertian baru. Sebab, dalam bentuk silogisme itu, kesim-
pulan bukanlah penemuan baru, tetapi sudah termuat dalam premis
umum.
Descartes menyebut metodenya ‘metode analistis’. Menurut Descartes
bahwa ada keteraturan dan ketersusunan alami dalam kenyataan yang
berhubungan dengan pengertian manusia. Ketersusunan alam ini dapat
diungkapkan dengan cara penemuan (via inventionis). Penemuan itu
dengan melakukan empiris rasional. Metode ini mengintegrasikan segala
kelebihan logika, analisa geometris dan aljabar dan menghindari kelemah-
annya.
Descartes menolak metode kerjasama dan diskusi, seperti lazim
pada tradisi skolastik. Penolakan ini menunjuk kepada keragu-raguan
prinsipil. Descartes menyangsikan segala-galanya. Kesangsian ini ber-
sifat metodis dan dipakai melulu sebagai alat. Ia mau menemukan apa
ada yang tahan, yang menjadi kepastian niscaya dan dapat mendasari
keputusan lain. Kebenaran pada umumnya, dan terutama kepastian
pertama itu, harus ditemukan dalam kepastian dan keyakinan yang
bersifat personal dan subyektif. Kebenaran itu harus dialami tidak ter-
sangsikan. Dengan kata lain, pengertian benar harus menjamin dirinya
sendiri.
Kalau semuanya disangsikan, apa tidak ada yang pasti? Bagi Descartes,
hanya tinggal satu kepastian yang bertahan dan tidak dapat disangsikan,
dan hal ini terrangkumnya dalam kalimat Cogito, ergo sum bahwa saya
berpikir, maka saya ada. Pengertian mutlak itu menyajikan kriterium definitif