Page 38 - Pengantar Filsafat Umum
P. 38

28     FILSAFAT UMUM


                  Sebagai prinsip tatanan internal, Thomas memakai konsep Aristoteles
             tentang ilmu. Semua hal diterangkan menurut sebabnya (causa). Dicari
             jawaban atas pertanyaan: apakah ada (an sit), apa hakikatnya (quid
             sit), sifat-sifatnya (quia sit), dan apa yang menyebabkannya (propter
             quid sit). Prinsip ini memandu Thomas membicarakan soal demi soal,
             dan setiap soal dibagi dalam tahap-tahap yang jelas. Ia memberikan bukti,
             dan memilah apa yang pasti secara teliti, mana yang mungkin dan mana
             yang sekedar hipotesis. Hal-hal lain yang tidak relevan akan disisihkan.
                  Menurut Thomas, untuk menemukan kebenaran dalam suatu
             persoalan, perlu dipahami dengan baik apa yang disumbangkan oleh
             pemikir-pemikir sebelumnya dengan semangat dialektik dan jalan
             disputasio.
                  Walaupun demikian, ada beberapa kritik penting terhadap metode
             skolastik ini. Pertama, prinsip bahwa suatu perbincangan keilmuan
             harus diawali dengan menghimpun pendapat yang ada, kewibawaan
             kelihatannya menjadi kriteria utama hingga timbul kecenderungan
             bahwa filsafat hanya memberikan rasionalisasi kepada kesimpulan-
             kesimpulan yang telah ditentukan sebelumnya oleh tokoh atau aliran
             tertentu. Thomas dan aliran skolastik sadar bahwa betapapun kerasnya
             berusaha adalah tidak mungkin menyusun pandangan hidup serba
             baru, tetapi ia bisa mulai dari kompilasi dan eklektisisme. Poin akhir ini
             menjadi bahan kritikan bahwa Thomas tidak menggagas suatu metode
             baru, tetapi hanya sekedar meramu yang sudah ada.
                  Kritikan berikutnya masih terkait dengan masalah di atas. Karena
             terlalu bertumpu pada pendapat sebelumnya, maka metode skolastik
             mengabaikan segi induktif di dalam filsafatnya, hingga perkembangan
             ilmu empiris jadi terhambat. Harus diakui bahwa bagi Thomas, data-
             data empiris dan alamiah tidak bisa dipegangi dan kebanyakan hasil
             pencerapan keliru. Bahkan metode berpikir deduktif yang digunakan
             Thomas sering tidak lengkap, hingga sering terjadi kesenjangan dan
             lompatan antar premis dan konklusi. Kesenjangan ini diperbesar lagi
             oleh masih dipakainya simbol dan perumpamaan yang tidak dibatasi
             secara ketat. Meskipun demikian, metode skolastik ini meratakan jalan
             bagi timbulnya metode-metode terbaru dan terbaik pada periode berikutnya.
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43