Page 36 - Pengantar Filsafat Umum
P. 36

26     FILSAFAT UMUM


             punyai dua peranan. Dari satu pihak, simbol itu menampakkan realitas
             tersembunyi. Dari sisi lain, simbol-simbol itu membantu orang men-
             capai intuisi.

                  Metode Bergson dan Plotinus sering dikatakan tidak bertumpu
             pada intelek dan rasio manusia, tetapi bukan bersifat anti-intelektual.
             Metode keduanya lebih bersifat supra intelektual. Manusia terkadang
             harus mengambil jarak dan berjauhan dengan logika, serta menyerahkan
             diri pada kemurnian kenyataan dan keaslian fitrah manusia. Ini bukan
             berarti logika harus dibungkam dan rasio diceraikan, tetapi untuk bisa
             menganalisis dan jangan terjerat olehnya.


             3. Metode Skolastik

                  Metode ini banyak berkembang pada Abad Pertengahan. Thomas
             Aquinas (1225-1247) merupakan salah satu penganjurnya. Pada masa
             Klasik, Aristoteles juga dikatakan sebagai pengguna metode sintetis-
             deduktif ini.

                  Pada Abad Pertengahan, filsafat dikuasai oleh pemikiran teologi
             dan suasana keagamaan Kristen. Filsafat skolastik dikembangkan dalam
             sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para pastor dan biarawan merangkap
             jadi filosof, hingga filsafat dan teologi (Kristiani) tidak terpisahkan.
             Menurut de Wulf (Scholastic Philosophy), pada periode ini filsafat men-
             jadi bagian integral dari teologi. Meskipun begitu, Thomas menunjukkan
             penghargaan yang tinggi terhadap filsafat yang dikatakannya ‘puncak
             kemampuan akal-budi manusia’. menurut Thomas sendiri, dalam filsafat
             itu argumen yang paling lemah ialah argumen kewibawaan (yang meru-
             pakan ciri berpikir keagamaan).
                  Thomas menyerap banyak sumber pemikiran dan berhasil meramunya
             dalam keseimbangan yang cukup harmonis, malah atas berbagai paham
             yang ekstrim. Dari satu sisi ia menguasai karya-karya Neo-Platonis,
             Agustinus, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan Maimonides. Dari sisi lain, ia juga
             mempelajari Aristotelisme. Pendekatan Neo-Platonis yang intuitif-
             kontemplatif diramunya dengan gaya Aristoteles yang logis deduktif
             untuk menghindari emosi dan fantasi.

                  Metode skolastik kerap disebut metode sintesis-deduktif. Bertitik
             tolak dari prinsip-prinsip sederhana yang sangat umum diturunkan
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41