Page 32 - Pengantar Filsafat Umum
P. 32

22     FILSAFAT UMUM


             ini sering diiringi dengan menolak metode filsafat lain. Barangkali,
             metode umum pertama filsafat yang utama adalah bahwa upaya ber-
             filsafat tidak terikat oleh adanya metode yang berlaku universal. Ber-
             filsafat berarti bebas dari teori, hipotesa, dan definisi yang ada.

                  Maka dalam usahanya untuk menggambarkan metode filsafat yang
             umum, banyak ahli metodologi lari kembali ke unsur-unsur metodis
             umum. Misalnya dengan berkata bahwa bagi filsafat berlaku metode
             induktif-deduktif. Tetapi, ini tidak banyak menjelaskan apa metode
             filsafat itu.
                  Sebab itu, barangkali jalan terbaik adalah dengan melihat secara
             konkrit tentang metode yang digunakan setiap atau seorang filosof
             dan penjelajahan filosofisnya. Sepanjang sejarah filsafat telah dikem-
             bangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda. Mari kita lihat yang
             paling menonjol di antaranya. Untuk itu, kita memakai metode historis
             kronologis.


             1. Metode Kritis

                  Awalnya, metode ini digunakan oleh Sokrates dan Plato. Para filosof
             sebelum Sokrates lebih tertarik meneliti dan memikirkan kosmos. Sokrateslah
             yang mengarahkannya kepada manusia, terutama tentang aspek etis.
             Metode ini bertitik tolak atas kenyataan bahwa betapa banyak pengetahuan
             dan pendapat manusia bersifat semu. Pengetahuan semua ini malah
             lebih banyak pada masalah-masalah penting kehidupan, seperti tentang
             kebahagiaan dan kebajikan. Ternyata, banyak kekaburan dan pertentangan
             dalam pengetahuan mereka dan kebanyakan mereka hanya pura-pura
             tahu.
                  Sokrates sendiri sadar bahwa ia kurang mengetahui hal-hal asasi
             itu (apologia). Tetapi, paling tidak bahwa ia tahu bahwa ia tidak tahu, hingga
             ia ingin tahu. Untuk bisa mengetahui bahwa pengetahuan mana yang
             paling kuat di antara pengetahuan–pengetahuan yang banyak itu, maka
             ia harus bersikap kritis. Caranya bagaimana? Jawabnya adalah seperti
             pekerjaan seorang bidan. Kenapa bidan? Ini tidak mengherankan, karena
             ibu Sokrates itu seorang bidan. Pada beberapa kesempatan, Sokrates
             mengatakan bahwa ia adalah seorang bidan, tetapi bidan pengetahuan
             dan pemikiran. Ia percaya bahwa setiap orang mempunyai potensi pema-
             haman sejati yang tersembunyi dalam jiwanya. Sebenarnya, jiwa manusia
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37