Page 27 - Seni Dan Teknik Mengajar Daring
P. 27

SENI DAN TEKNIK MENGAJAR DARING



                 d.  Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif

                     dan berguna dari pengajar, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

                     Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap

               muka secara langsung antara pengajar dan peserta ajar tetapi dilakukan dengan menggunakan
               jaringan  internet.  Pengajar  harus  memastikan  kegiatan  belajar  mengajar  tetap  berjalan,

               meskipun peserta ajar berada di rumah. Solusinya, pengajar dituntut dapat mendesain media
               pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring.


                     Dunia pendidikan dan pelatihan salah satunya merasakan sekali perubahannya. Dilihat
               dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik peserta ajar maupun peserta ajar yang tidak

               memiliki handphone dengan ketentuan atau syarat untuk menunjang kegiatan pembelajaran
               daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak lembaga pelatihan ikut mencari solusi untuk

               mengantisipasi hal tersebut. Beberapa peserta ajar yang tidak memiliki handphone melakukan

               pembelajaran  secara  berkelompok,  sehingga  mereka  melakukan  aktivitas  pembelajaran
               bersama.  Mulai  belajar  melalui  video  call  yang  dihubungkan  dengan  pengajar  yang

               bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga melakukan presensi kehadiran melalui
               Voice Note yang tersedia di aplikasi WhatsApp.  Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk

               video yang berdurasi kurang dari 2 menit.

                     Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop

               yang terhubung dengan  koneksi  jaringan internet.  Pengajar dapat  melakukan   pembelajaran
               bersama  diwaktu  yang  sama  menggunakan  grup  di  media  sosial  seperti  WhatsApp  (WA),

               telegram,  instagram,  aplikasi  zoom  ataupun  media  lainnya  sebagai  media  pembelajaran.

               Dengan  demikian,  pengajar  dapat  memastikan  peserta  ajar  mengikuti   pembelajaran  dalam
               waktu yang bersamaan maupun berbeda serta di tempat yang berbeda.


                     Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran, akan
               tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi peserta ajar dan

               pengajar  guna  memfasilitasi  kebutuhan  pembelajaran  daring.  Kuota  yang  dibeli  untuk
               kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua peserta ajar yang tidak siap

               untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

                     Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat  penting  bagi peserta ajar, jam berapa

               mereka  harus  belajar  dan  bagaimana  paket  data  (kuota)  yang  mereka  miliki,  sedangkan
               orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang






                                                           27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32