Page 114 - Ayah - Andrea Hirata
P. 114

Ayah ~ 101


            tak sengaja, lalu mengakhirinya dengan  sukarela. Namun,

            tanpa peduli bagaimana penampilan Sabari, operator radio
            tetap mengudarakan efek tawa yang meriah grrrrrr disertai ge-
            legar tepuk tangan dan suitan-suitan panjang.
                 Sabari tersenyum puas dan bertepuk tangan, untuk diri-
            nya sendiri. Ditatapnya penyiar lalu dikeluarkannya sepucuk

            kertas dari sakunya.
                 “Maaf, Bang, bolehkah aku menyampaikan sedikit
            ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah berja-
            sa dan akan berjasa dalam hidupku? Jarang-jarang aku men-
            dapat kesempatan ini.”
                 “Oh, sudah barang tentu, Bung, silakan.”
                 “Terima kasih banyak, Bang.”
                 Sabari mendekatkan mulutnya ke mik, dibukanya lipat an

            kertas tadi lalu diucapkannya ribuan terima kasih pada peme-
            rintah, pemilik radio, penyiar, operator, dan para pendengar
            yang budiman di mana pun berada, terutama kepada Lena
            dan Bogel Leboi serta mereka yang selalu mendukungnya,
            yaitu ayahnya tercinta, ibunya yang penyayang dan sedang

            sakit—teriring ucapan agar cepat sembuh—saudara-saudara
            kandung, bibi, paman, ipar, para sepupu, dua pupu, saudara
            tiri, keponakan, tetangga, dan tentu Ukun, Tamat, Toharun,
            dan Zuraida.
                 Ribuan terima kasih juga ditujukan kepada wali kelas,
            Bu Norma, segenap gurunya, mulai dari SD sampai SMA, se-
            genap kawan sekelas, ketua OSIS, orangtua-orangtua murid,
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119