Page 109 - Ayah - Andrea Hirata
P. 109

96 ~ Andrea Hirata


              “Ide yang brilian!” kata Toharun. Sebab, dia pernah ikut

          acara itu. Lagu pilihannya adalah lagu India. Gara-gara itu
          dia dapat kenalan seorang perempuan hitam manis dari Gual.
              “Dan, aku tahu lagu kesayangan Lena, ‘Truly’ by Lionel
          Ritchie, sedang top sekarang!” Tamat menyemangati.
              Sabari terperanjat.
              “Yang benar saja, kau tahu aku tak bisa bernyanyi. Ber-
          puisi mungkin aku bisa, tapi bernyanyi? Tak mungkin itu, bi-
          cara saja aku sumbang.”
              “Di situlah seninya,” kata Ukun.

              “Aku pun tahu lagu ‘Truly’ itu, aduh, nadanya tinggi se-
          kali, lebih tinggi daripada tiang bendera di kantor bupati!”
              “Di situlah seninya,” kata Ukun lagi.
              “Permohonan maaf secara terbuka adalah sikap yang
          gentleman. Bahwa kau tak bisa bernyanyi, semua orang tahu
          itu. Bicara saja kau sumbang, apalagi bernyanyi. Namun, kau
          yang tak bisa bernyanyi, berusaha keras untuk bernyanyi de-
          ngan baik, meski suaramu macam radio rusak, dan semua itu
          demi minta maaf pada Lena, betapa tulus dan manisnya. Pas-
          ti Lena terkesan!” Tamat meyakinkan.
              Demi mendengar kata Lena terkesan, membawakan lagu
          yang  biasa  dibawakan Luciano Pavarotti sekalipun  Sabari

          siap.
              “Cerdas sekali pandangan saudara kita Tamat ini,” kata
          Ukun.
              Sabari menjadi yakin, ditambah lagi pengalaman kesuk-
          sesan Toharun. Tamat belum selesai.
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114