Page 104 - Ayah - Andrea Hirata
P. 104

Ayah ~ 91


            Amiru tersenyum lebar, ibunya mengernyitkan dahi. Dia tak

            paham sedikit pun apa yang dibicarakan anak lelakinya itu.
                 Amiru minta diri lalu membonceng kedua adiknya naik
            sepeda. Mereka bersepeda dengan riang gembira. Adik-adik
            perempuannya berkicau-kicau, Amiru bernyanyi-nyanyi. Ini
            adalah hari yang sangat menyenangkan. Kepada adik-adiknya

            Amiru mengatakan bahwa dia akan ikut lomba balap sepeda.
                 Mereka sampai di pusat kota. Dekat garis finis ada tem-
            pat-tempat duduk. Amiru meminta adik-adiknya menunggu-
            nya di situ. Amirta sudah bisa menjaga adiknya. Amiru mem-
            beli bendera kecil. Amirta dan Amirna siap dengan bendera
            kecil yang akan dikibar-kibarkan jika abangnya menjadi juara
            nanti.
                 Jika semuanya berjalan dengan baik, rencana Amiru

            adalah, segera setelah menerima hadiah uang itu, dia akan
            mengajak adik-adiknya menebus radio ke kantor gadai yang
            tak jauh dari situ, setelah itu, sisa uang hadiah akan dipakai-
            nya untuk membelikan adik-adiknya buku-buku dan mainan,
            sisanya yang masih banyak untuk biaya pengobatan ibunya.

            Dia pun akan pulang membawa kejutan untuk ayahnya. Be-
            tapa manisnya rencana itu. Tak sabar Amiru mau memacu
            sepedanya agar segera memenangkan lomba.
                 Dia menuju garis start. Lima belas kilometer dari garis
            finis tadi. Sampai di sana dia terkejut melihat begitu banyak
            orang telah berkumpul di lokasi start. Ratusan pembalap re-
            maja dan dewasa ada di sana, berwarna-warni meriah. Mere-
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109