Page 99 - Ayah - Andrea Hirata
P. 99
Amiru
dan Sepedanya
AMIRU melamun menatap kantor pegadaian. Dadanya se-
sak membayangkan Mister Phillip, radio ayahnya, berada di
dalam kantor itu. Dia gundah mendengar orang bergunjing
bahwa acara yang mereka tunggu-tunggu itu, dan pasti di-
tunggu ayahnya juga, akan segera mengudara.
“Tunggu saja, tak tahu esok, tak tahu lusa, minggu de-
pan atau bulan depan, pasang antena tinggi-tinggi, kunci ge-
lombang di RRI, jangan digeser, apa pun yang terjadi,” kata
Syarif Miskin.
Saban malam Amiru susah tidur karena kesepian, tak
ada lagi bunyi kemerosok gelombang radio. Dia sedih kare-
na ayahnya telah kehilangan hiburan satu-satunya. Otaknya
berputar cepat dan sekonyong-konyong semangatnya mele-
tup. Dia seakan baru menemukan resolusi hidupnya, yaitu dia
ingin bekerja keras untuk mencari uang. Uang yang didapat-
nya bukan hanya untuk menebus radio ayahnya, melainkan

