Page 103 - Ayah - Andrea Hirata
P. 103

90 ~ Andrea Hirata


              Orang-orang di pasar sering terkejut melihat anak kecil

          bersepeda dengan sangat cepat, bersiut-siut secepat angin se-
          latan. Begitu cepat sehingga lepas kancing-kancing bajunya.
          Bajunya berkibar-kibar.







          Pada hari perlombaan, Amiru minta izin kepada ayah dan
          ibunya untuk mengajak adik-adiknya jalan-jalan ke ibu kota
          kabupaten. Sebelum berangkat, dia mencium tangan ibunya
          lama sekali.
              “Usahlah risau, Ibu, aku akan segera mengirim Ibu un-
          tuk berobat di rumah sakit terbaik di ibu kota provinsi. Ada
          dokter dan perawat khusus untuk Ibu. Setiap tiga puluh menit

          perawat datang untuk melihat keadaan Ibu.” Ibunya tergelak
          melihat Amiru bertingkah meniru suster dengan menempel-
          kan tangan di kening ibunya.
              “Suhu, pernapasan, detak jantung, semua diperiksa. Ka-
          mar Ibu nanti tidak panas karena ada AC. Ada juga meja de-

          ngan vas bunga di samping tempat tidur Ibu nanti. Bunganya
          akan kuganti setiap hari. Bunga ros, kan? Bunga kesayangan
          Ibu, segar berair-air. Tak banyak orang di dalam kamar itu,
          hanya Ibu sendiri. Tak ada orang membawa tikar, selimut,
          termos, obat nyamuk, dan rantang macam kita lihat di rumah
          sakit dulu. Ibu tenang saja, tunggu aku pulang, nanti malam
          kita akan mendengar sandiwara radio Menantu Durhaka. Oke?”
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108