Page 106 - Ayah - Andrea Hirata
P. 106

Ayah ~ 93


            ka berkelebat dengan cepat, bak warna-warni yang disembur-

            kan. Semangat Amiru meletup, ingin sekali dia berlomba me-
            lawan mereka. Dia telah berlatih dengan keras, dia lebih dari
            siap untuk bertarung. Namun, panitia tak membolehkannya.
            Kakinya gemetar menahan perasaannya.
                 Dalam waktu singkat lokasi start menjadi sepi. Orang-

            orang bergegas menuju pusat kota untuk melihat para juara.
            Amiru teringat kepada adik-adiknya. Dia pun berangkat ke
            pusat  kota. Dari jauh  dia melihat  adik-adiknya duduk  me-
            nunggu. Temangu-mangu memegangi bendera.
                 Amiru menaikkan adik-adiknya ke boncengan sepeda.
            Mereka pulang. Sepanjang jalan Amirta dan Amirna mengi-
            bar-ngibarkan bendera kecil itu. Mereka melewati kantor pe-
            gadaian. Pintu-pintunya sudah ditutup.
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111