Page 108 - Ayah - Andrea Hirata
P. 108

Ayah ~ 95


            cara murah! Mulut tak nyewa! Yang tak lulus aku! Bukan kau! Ma-

            jenun! Belum menghitung muntab-nya Bogel.
                 “Bisa-bisa kau dibumihanguskan Leboi pakai korek gas
            Zippo-nya,” kata Tamat.
                 Mereka membicarakan hal itu di warung kopi Kutunggu
            Jandamu. Saat itu radio di warung kopi sedang seru menyiar-

            kan acara baru yang sangat diminati pendengar, yaitu pertun-
            jukan organ tunggal langsung dari stasiun radio.
                 Pemilik radio lokal itu paham budaya bahwa orang Me-
            layu kampung umumnya berjiwa seni, selalu  ingin tampil,
            tetapi banyak yang malu-malu. Maka, jika ada kesempatan
            memperdengarkan kebolehan pada  dunia, tanpa harus de-
            mam panggung atau dilempari penonton  pakai sandal, itu
            adalah kesempatan emas.

                 Maka, setiap malam Minggu ramai orang antre di sta-
            siun radio. Pria, wanita, tua, muda, penganggur, PNS, guru,
            siswa, semua ingin  bernyanyi lagu apa saja, lagu Melayu,
            dangdut,  rock, pop, lagu Barat, lagu India, kasidah, sambil
            berkirim salam  untuk kawan, kenalan, dan sanak  saudara.

            Betapa menyenangkan. Pakaian mereka necis  seperti mau
            naik panggung meski tak ada penontonnya, itulah kesempat-
            an menjadi artis!
                 Ukun menyarankan agar Sabari  minta maaf kepada
            Lena dan Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan
            sebuah lagu untuk Lena melalui acara organ tunggal live show
            radio itu.
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113