Page 116 - Ayah - Andrea Hirata
P. 116

Ayah ~ 103


            di dalam bui, sopir mobil omprengan, para kernet, keamanan

            pasar, kuli panggul, tukang ojek, calo, rentenir, pemimpin dan
            kader parpol, ketua KUA, ketua BKKBN, modin, penghulu,
            juru sunat, bendahara RT, ketua dewan kemakmuran Masjid
            Al-Hikmah, ketua kantor gadai, kapolsek, ketua karang taru-
            na, ketua dan anggota Dharma Wanita semua instansi.
                 Ucapan terima kasih ditutup dengan permohonan maaf
            jika ada pihak yang tak sempat disebut namanya, karena ke-
            terbatasan waktu. Sabari membolak-balik kertasnya.
                 “Maaf, Bang, apa tadi aku sudah menyebut para pemain

            organ tunggal?”
                 “Belum.”
                 “Terima kasih tak terhingga untuk para pemain organ
            tunggal di mana pun Anda berada, serta para biduan dan
            biduanitanya, salam Yamaha elektun!”
                 Grrr ....
                 “Tentu terima kasih saya juga untuk penemu organ Ya-
            maha elektun. Tak terkira besar jasa orang itu dalam membu-
            ka lapangan kerja. Teriring doa semoga penemu organ Yama-
            ha elektun masuk surga.”
                 Efek tepuk tangan dan suitan membahana.
                 “Oh, oh, hampir aku lupa, maaf, ada satu lagi, Bang!”

                 “Silakan, Bung, delapan puluh lima lagi juga tak apa-
            apa.”
                 Grrrrrr.
                 “Tentu akan kualat kalau aku tak mencium tangan dari
            jauh sembari meng-hatur  terima kasih tiada terperi kepada
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121