Page 131 - Ayah - Andrea Hirata
P. 131

118 ~ Andrea Hirata


          banyak penonton di pinggir  jalan  dan semakin riuh orang

          bertepuk tangan untuknya. Tahu-tahu dia sudah menerabas
          pita di garis finis.  Dilihatnya sekeliling, tak ada pelari lain.
          Dinamut, pelari legendaris, yang dijagokan dalam lomba itu,
          juara bertahan yang dicurigai banyak pihak punya ilmu pe-
          landuk, tak tampak batang hidungnya. Sabari juara.
              Dinamut sangat terpukul akan kekalahan yang tak di-
          duganya dari seorang kuli pabrik es. Dengan wajah sembap
          dipukulnya dadanya sendiri berulang-ulang, matanya basah,
          susah payah bupati membujuknya.

              Ukun dan Tamat kewalahan membawa pulang hadiah
          yang banyak. Apalagi, tahun ini ada hadiah bonus, yakni dua
          kaleng susu kental manis, pacul, dan alat pembunuh nyamuk
          pakai listrik, kejam sekali.
              Sabari tak terlalu peduli dengan namanya yang tiba-tiba
          tenar dan fotonya yang terpampang di koran lokal. Dia ha-
          nya memikirkan rencana manisnya untuk mengikuti lomba
          itu, yaitu mempersembahkan piala  dan hadiah-hadiahnya
          untuk Lena.
              Dengan menumpang truk, sesuai kemauan  Sabari,
          Ukun dan Tamat membawa piala dan hadiah-hadiah itu ke-
          pada Lena. Bukan main repotnya mereka. Beragam hadiah

          bergelantungan di tubuh mereka sehingga mereka mirip pi-
          nang yang dipanjat dalam lomba peringatan kemerdekaan.
              Sampailah mereka ke rumah Lena.
              “Marlena ...,” kata Ukun baik-baik kepada Lena yang
          curiga.
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136