Page 323 - Ayah - Andrea Hirata
P. 323

310 ~ Andrea Hirata


              Jon menatap Ukun dan Tamat dari bawah ke atas bo-

          lak-balik. Bau harum menguar. Jon teringat terakhir menci-
          um bau minyak wangi sinyong-nyong waktu minyak itu dipakai
          kakeknya, yang telah meninggal 25 tahun yang lalu.
              Jon adalah orang panggung jadi sudah sering melihat
          orang berpenampilan norak, tetapi tak pernah dia melihat

          orang berpenampilan senorak dua pria di depannya.
              Rambut Ukun bergaya belah samping, jambulnya dite-
          guhkan dengan minyak rambut Tancho hijau sehingga gempa
          bumi 6,5 skala Richter takkan mampu menggoyangnya. Dia
          berkacamata netral yang dibelinya di kaki lima dekat Masjid
          Baiturachman, Banda Aceh. Senyumnya kalem. Dari leher
          ke atas dia tampak seperti Spiderman saat sedang menjadi
          orang biasa.

              Kemejanya ketat lengan panjang berwarna metalik. Ikat
          pinggangnya besar, sebesar selempang putri kecantikan, ber-
          manik-manik pula. Celananya cutbrai, yang jika empat orang
          mengenakannya dan berjalan beriringan di Pasar Manggar,
          para  pegawai Dinas Kebersihan Kota Kabupaten Belitong

          Timur bisa dirumahkan. Sepatunya jenggel hitam berkilat, ber-
          hak agak tinggi dan mancung, dari plastik. Cincin batu akik
          bertebaran di jarinya.
              Dandanan  Tamat mirip Ukun.  Mereka seperti anak
          kembar yang diberi pakaian sama oleh orangtuanya.
              Jon menampar-nampar pipinya sendiri, untuk memasti-
          kan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328