Page 54 - Ayah - Andrea Hirata
        P. 54
     Ayah ~ 41
            korupsi. Semua harta benda disita. Keluarga itu kocar-kacir.
            Untuk bertahan, ibu Izmi berjualan kue. Izmi, anak tertua,
            menjadi tukang cuci dan setrika. Gara-gara musibah itu, Izmi
            yang bercita-cita ingin menjadi dokter hewan mengubur cita-
            citanya dalam-dalam.
                 Jumlah angka merah di rapor Izmi pada semester 1 ti-
            dak tanggung-tanggung, delapan. Yang biru hanya Pendidik-
            an Keterampilan Keluarga, yang merupakan kejahatan jika
            sampai seorang siswa dapat angka merah. Kata wali kelasnya,
            Izmi pasti takkan naik ke kelas dua.
                 Izmi berkecil hati dan bermaksud berhenti dari sekolah.
            Tak ada gunanya belajar, mending bekerja, dapat membantu
            keluarga. Namun, nasib berkata lain. Saat berada dalam per-
            timbangan yang putus asa itu, dia mendengar cerita Zuraida
            soal kerasnya perjuangan Sabari untuk mendapatkan Lena.
                 Izmi bukanlah kawan Sabari—mereka bahkan tak per-
            nah bertegur sapa—tetapi ajaib, kisah konyol Sabari mem-
            buat Izmi terinspirasi. Sabari membuatnya merasa dia bukan
            satu-satunya orang yang malang di dunia ini.
                 Kata Zurai, Lena suka menulis indah. Minggu depannya
            Sabari sudah menjadi ahli kaligrafi. Dia bisa menulis nama
            Marlena binti Markoni dengan huruf-huruf berupa burung
            merak. Semangat belajar Izmi pelan-pelan bangkit.
                 Kata Zurai, Lena suka melihat laki-laki pakai baju se-
            ragam. Agustus berikutnya, Sabari yang suka bolos upacara,
            terpilih masuk tim Paskibra SMA. Terpana Izmi melihat Sa-
            bari berbaris macam siswa sekolah militer.
     	
