Page 59 - Ayah - Andrea Hirata
P. 59
46 ~ Andrea Hirata
Pulang sekolah siang itu, Amiru ke kios elektronik Gaya
Baru dan langsung bertanya soal antena radio itu. Syarif ma-
lah menjawab dengan pertanyaan.
“Kelas berapa kau?”
“Kelas lima, Bang.”
“SD?” Syarif tersenyum meremehkan. “Seperti kau ke-
tahui, Amiru, tapi mungkin juga kau belum tahu ....”
Amiru jengkel.
“Gelombang radio itu bergentayangan di udara, dia
hinggap sesuka hatinya, tak tampak oleh mata. Semua yang
tak tampak, tapi ada akibatnya adalah misteri, contohnya se-
tan! Dapatkah kau melihat setan?”
“Tidak, Pak Cik.”
“Dapatkah kau melihat angin?”
“Jadi, maksud Pak Cik?”
“Maksudku, jangan kau arahkan pikiranmu pada hal-
hal yang tak kasatmata. Itu mistik. Gelombang radio adalah
hal yang gaib. Bisa gila kau nanti.”
Tentu saja Amiru yang cerdas tak bisa menerima pen-
dapat yang sembarangan itu. Dikatakannya, dia hanya mau
bertanya soal penerimaan radio yang buruk di rumahnya dan
mengapa masalah itu bisa dibereskan oleh kandang bebek.
Merasa didesak, Syarif tak suka.
“Kalau kujelaskan padamu, kau tak akan mengerti! Mi-
salnya, mengapa siaran radio bisa muncul pada kelipatan fre-
kuensinya, tak ada ilmu yang dapat menjelaskannya. Menga-
pa? Karena semua itu adalah perbuatan iblis!”

