Page 62 - Ayah - Andrea Hirata
P. 62
Ayah ~ 49
“Kau tak salah lihat?!”
“Dua bola mata, yang kiri dan kanan, aku tak salah li-
hat!”
“Puisi menyumpah-nyumpah biar kau dicakar iblis atau
dilindas truk timah atau puisi baik-baik?”
“Bolehlah disebut puisi cinta!”
“Serius?”
Tenganga mulut Ukun. Mungkinkah Lena berubah pi-
kiran lantaran Sabari baru menang lomba menulis puisi ting-
kat SMA? Atau karena mau libur Lebaran, saat semua orang
tiba-tiba menjadi baik? Lena menulis puisi untuk Sabari? Sa-
ngat mustahil!
Bergegas Ukun menuju majalah dinding dengan kesan
siap mendaratkan satu sepakan Bruce Lee ke selangkang Sa-
bari kalau dia berani-berani berbohong. Namun, di sana dia
tertegun. Tak percaya dia melihat puisi diketik rapi itu.
Untuk kau yang bernama S
Terima kasih untuk surat dan puisi-puisimu
Maaf, aku selalu tak sempat membalasnya
Tapi biar kau tahu, aku membaca semuanya, kalimat demi kali-
mat, kata demi kata
Lagu yang kau kirimkan lewat radio, aih, aku suka
L
Ukun menatap Sabari.
“Kau yakin S itu maksudnya kau, Ri?”

