Page 67 - Ayah - Andrea Hirata
P. 67

Perlambang















          SABARI menyesal telah mendebat Ukun soal surat itu, lebih-
          lebih telah mengungkit-ungkit soal Geografi. Setelah ditela-
          ahnya lebih lanjut, dia memang keterlaluan. Mengidentikkan
          dirinya dengan satu huruf S saja dan Lena dengan satu huruf
          L adalah satu perbuatan amatir yang tidak masuk akal.
              Dengan lapang dada dia melakukan semacam rekonsi-
          liasi dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan Toharun minum
          kopi di warung kopi Kutunggu Jandamu.
              “Sudahlah, Ri, semua itu hanya harapan palsu. Kasih-
          an aku melihatmu. Masih banyak perempuan di Belantik ni,”
          kata Tamat.

              “Aku gagal mendekati Shasya, dia muak padaku, siapa
          tahu kau berhasil, Boi. Kudegar tren zaman sekarang ini ba-
          nyak perempuan cantik suka sama lelaki yang dungu, siapa
          tahu,” saran Ukun.
              Sabari mengangguk-angguk. Tampak benar minatnya
          untuk mempertimbangkan saran itu.
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72