Page 71 - Ayah - Andrea Hirata
P. 71

58 ~ Andrea Hirata


              “Woeri  guru  Seni Lukis, lima  puluh tahun umurnya,

          patah hati sejak SMP, tak mau pacaran lagi. Samura, guru
          Pengantar  Ilmu Komputer, sudah pindah ke Kundur,  cut,
          paste. Mas’ud, tetangga Samura, sudah meninggal,  ctrl strip
          alt strip del. Sinatra, nama burung murai batu Samura, sudah
          mati keracunan dedak, shut down. Abdalla Syahbana Salam,

          bertaburan huruf S dan A, ketua OSIS angkatan pertama
          SMA  ini.  Itu masa lampau, waktu Biologi masih  bernama
          Ilmu Hayat, Matematika masih  bernama Berhitung, Fisika
          masih bernama Ilmu Pasti, Geografi  masih bernama Ilmu
          Bumi, Kimia bernama Ilmu Zat-Zat. Tentu banyak siswa lain
          bernama depan S dengan dua huruf A, dari kelas satu sampai
          kelas tiga, semua sudah kuhitung, enam puluh delapan orang,
          tapi semuanya bergajul! Tak bisa bikin puisi!”

              Siapa yang mengatakan Sabari obsesif? Siapa? Itu adalah tuduh-
          an yang tahu adat!
              Sabari meninggalkan Ukun, Tamat, dan Toharun yang
          berdiri terpaku. Dihampirinya majalah dinding, dicopotnya
          tulisan Lena itu,  dilipatnya dengan tenang, lalu dibawanya

          pergi. Langkahnya seperti langkah Julius Caesar usai meng-
          hancurkan pasukan Germania. Satu langkah kemenangan gi-
          lang-gemilang, kemenangan bagi mereka yang sabar, pantang
          menyerah, berani bermimpi.
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76