Page 73 - Ayah - Andrea Hirata
P. 73

60 ~ Andrea Hirata


              Kini Bu Guru menyesal telah menyemprot Izmi.

              “Aku terlalu memerehkanmu, Izmi. Maafkan aku, Boi.”
              Izmi tersenyum.
              Di tempat duduknya Izmi berdebar membuka lagi lipat-
          an kertas ulangan itu. Berkali-kali diyakinkan dirinya sendiri
          bahwa angka kecil yang melingkar, berperut gendut macam

          cacing hamil itu adalah angka 6. Angka 6, bulat dan genap,
          untuk geometri. Ah, tidaklah terlalu buruk keadaannya.
              Pulang sekolah, sebagaimana biasa, Izmi berangkat ke
          rumah seorang tauke, untuk mencuci dan menyetrika segu-
          nung pakaian. Tak mudah mengurus pakaian tauke yang pu-
          nya anak lima beserta ibu-bapak dari pihak suami dan istri.
          Sebelas orang semuanya. Namun, tiba-tiba pekerjaan itu tak
          terasa terlalu berat lagi bagi Izmi. Dirogohnya saku, diam-

          bilnya kertas ulangan itu, diamatinya lagi,  lalu  dia bekerja
          dengan gesit karena ingin cepat pulang, ingin segera belajar.
              Kertas ulangan Matematika itu ditempel Izmi di dinding
          kamar, dekat kaca. Di sampingnya ditulis nama Sabari, lalu
          dia berkaca dan tersenyum. Diamatinya wajahnya, rasanya

          telah lama sekali dia tak berani berkaca.
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78