Page 78 - Ayah - Andrea Hirata
P. 78
Ayah ~ 65
Kena singgung secara puitis, Sabari tersipu, sekaligus
kagum kepada ayahnya yang gampang terinspirasi oleh apa
saja, sekejap kemudian mencipta puisi, begitu gampang, se-
akan ada peternakan puisi dalam mulutnya.
Mereka sampai di pasar, melihat orang naik sepeda mo-
tor secara bergajul, tiga orang satu motor, pontang-panting
diuber polisi, ayahnya berfilosofi:
“Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, Boi. Per-
tama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua
kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati.
Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati,
Boi.”
Anak dan ayah itu menuju dermaga, untuk menyaksikan
matahari terbenam nun di muara Sungai Lenggang.

