Page 61 - Ayah - Andrea Hirata
P. 61

Surat















          SABARI patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaan-
          nya kepada Lena sama seperti saat Lena merampas kertas ja-
          wabannya pada hari keramat itu. Lagi pula, ayahnya sering
          mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan suatu keti-
          ka, Tuhan akan berhenti menghitung.
              Benar saja, hari itu, setelah dua tahun terus-menerus di-
          tolak Lena, Tuhan berhenti menghitung.

              “Kun! Ukun!”
              Ukun menoleh.
              “Marlena membuat puisi untukku!” Wajah Sabari pu-
          cat. Ukun tersenyum remeh.
              “Di majalah dinding!”
              “Benar?”

              “Benar!”
              “Kau tak sedang mabuk air legen, kan?”
              “Tidak!”
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66