Page 22 - BUKU PELESTARIAN LINGKUNGAN ISBN 2023_Neat
P. 22
2007: 48). Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada karya yang
diciptakan oleh Alisyahbana, sebuah roman yang berjudul
Layar Terkembang. Kemudian, Armijn Pane yang
menciptakan roman berjudul Belenggu, yang pada masa
5
Balai Pustaka ditolak untuk terbit . Selanjutnya, karya-
karya Amir Hamzah yang berideologi religius berjudul
Nyanyi Sunyi (1937, kumpulan puisi); Buah Rindu (1941,
kumpulan puisi), dan lainnya. Selain karya-karya tersebut,
masih banyak lagi, seperti Sutan Sati dengan karyanya yang
berjudul Sengsara Membawa Nikmat (1928); Hamidah
dengan karya yang berjudul Kehilangan Mestika (1935);
Sanusi Pane yang berjudul Pancaran Cinta (1926).
Kemudian, karya-karya Hamka yang berjudul: Di Bawah
5 Roman Belenggu karya Armijn Pane ditolak oleh Balai
Pustaka karena dianggap akan mengganggu kekuasaan
kolonial Belanda (Harjito, 2007: 37). Penolakan karya ini
menunjukkan bahwa pada masa Balai Pustaka, sastrawan
yang karyanya ingin diterbitkan oleh Balai Pustaka harus
sesuai dengan Nota Rinkes, yaitu 1) tidak berpolitik—tidak
menentang atau merusak kekuasaan kolonial Belanda di
Hindia; 2) tidak menyinggung agama karena kolonial
Belanda takut Islam menjadi identitas bangsa pribumi/
Hindia; 3) mendidik bangsa pribumi untuk menjadi patuh
kepada kolonial Belanda (Harjito, 2007: 36–37). Sementara,
pada masa Pujangga Baru, sastrawan diberikan kebebasan
untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya mengenai
sosial, budaya, dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
16