Page 149 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 149
emosional yang luar biasa (Ricklefs, 2001). Dalam hal ini, revolusi
nasional mempunyai pengaruh psikologis umum yang besar sekali.
Selain mengusahakan perubahan mendasar dalam status politik
Indonesia, revolusi membawa perubahan luas yang mencolok dalam
ciri bangsa Indonesia (Kahin, 1995).
Masa revolusi fisik dalam keyakinan banyak pihak dianggap
sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau.
Bagi para pemimpin revolusi Indonesia, revolusi bertujuan untuk
melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan
kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa
sebelumnya. Perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah sebutan-
sebutan yang berbeda untuk perdebatan dasar yang sama. Semua
perbedaan itu sebagian merupakan gambaran-gambaran tentang
suatu masa ketika perpecahan-perpecahan yang menimpa bangsa
Indonesia berbentuk beraneka ragam dan terus menerus berubah
(Ayuningtyas dkk., 2016).
Di awal revolusi, tidak satu pun pembagian dasar di antara
bangsa Indonesia tersebut telah terpecahkan terkecuali sepanjang
ada kesepakatan tentang kemerdekaan sebagai tujuan pertama bagi
kaum revolusioner, segala sesuatunya tampak dimungkinkan kecuali
kekalahan. Pada prosesnya, masa revolusi nasional mengambil dua
bentuk utama berupa perjuangan bersenjata dan perjuangan
diplomasi (Tirtoprodjo, 1966). Meski, dalam prosesnya kedua bentuk
ini “berjarak” dengan saling mencurigai, namun kekuatan-kekuatan
perjuangan bersenjata dan kekuatan-kekuatan diplomasi secara
bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.
Kekuatan-kekuatan yang mendukung revolusi sosial, generasi
muda, golongan kiri, dan kekuatan Islam semuanya menghadapi
harapan yang sangat terbatas. Selama masa revolusi nasional
Indonesia, meski mengambil dua bentuk perjuangan, keduanya
menyepakati bahwa Indonesia berada dalam kondisi darurat perang.
Arditya Prayogi 140

