Page 148 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 148

Indonesia,  komandan  pasukan  Inggris  Letjen  Sir Philip  Christinson,
            mengirim para prajurit Belanda yang dibebaskan ke Indonesia Timur,
            dimana  pendudukan  kembali  Belanda  berlangsung  mulus.
            Ketegangan  memuncak  saat  tentara  Inggris  memasuki  Jawa  dan
            Sumatra.  Bentrokan  pecah  antara  kaum  republikan  melawan  para
            musuh  negara,  seperti  tawanan  Belanda, KNIL,  orang  Tionghoa,
            orang-orang Indo dan  warga  sipil  Jepang.  Para  pemimpin  republik
            berjuang untuk menyatukan sentimen yang menyebar di masyarakat,
            karena ada beberapa kelompok yang menginginkan revolusi fisik, dan
            yang  lain  lebih  memilih  menggunakan  cara  pendekatan  damai
            (McMillan,  2005).  Beberapa  pemimpin  seperti Tan  Malaka dan
            pemimpin  kiri  lainnya  menyebarkan  gagasan  bahwa  revolusi  harus
            dipimpin  oleh  para  pemuda.  Soekarno  dan  Hatta,  sebaliknya,  lebih
            tertarik  dalam  perencanaan  sebuah  pemerintahan  dan  lembaga-
            lembaga    negara    untuk   mencapai    kemerdekaan    melalui
            diplomasi. Massa pro-revolusi melakukan demonstrasi di di kota-kota
            besar, salah satunya dipimpin Tan Malaka di Jakarta dan diikuti lebih
            dari  ratusan  ribu  orang.  Tetapi  aksi  ini  yang  akhirnya  berhasil
            dipadamkan oleh Soekarno-Hatta, karna mengkhawatirkan pecahnya
            aksi-aksi kekerasan (Vickers, 2005).


            9.3. Revolusi Nasional Indonesia: Bentuk dan Dinamikanya
                  Inti  dari  periode  revolusi  nasional  adalah  bergeloranya
            semangat kemerdekaan dan dekolonisasi di tengah berbagai bentuk
            kekacauan  yang  terjadi.  Orientasi  pada  kemerdekaan  ditunjukkan
            dengan  pengorbanan-pengorbanan  atas  nama  revolusi.  Meskipun
            saling  mencurigai,  kekuatan-kekuatan  perjuangan  bersenjata  dan
            kekuatan  diplomasi  secara  bersama-sama  berhasil  menyelesaikan
            revolusi  politik. Revolusi  nasional  merupakan  manifestasi  tertinggi
            dari  tekad  nasional,  lambang  kemandirian  suatu  bangsa,  dan  bagi
            mereka  yang  terlibat  didalamnya  sebagai  suatu  pengalaman

                                                 Arditya Prayogi  139
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153