Page 107 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 107

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                 orang banyak, maupun secara perorangan pada anak atau
                 tamu-tamu yang datang minta fatwa.

                     Saya masih ingat bagaimana Ayah memaksa anak-anaknya
                 mela kukan shalat dan mengaji. Sejak kami kecil, Ayah selalu
                 mengetuk kamar kami untuk bangun di waktu Shubuh. Dia
                 memanggil anak sulung nya, Zaki dan anak kedua, Rusydi,
                 seperti penjual kue di Padang Pan jang: “Ki ... Kii, Kiii …
                 eeee, Dii ... Di, Dii ... eee.” Setelah itu tatkala Fakhri balig,
                 dia diharuskan pula bangun Shubuh. “Khaaaaii … Khaaaiii,”
                 begitu teriaknya. Ayah takkan berhenti mengetuk pintu dan
                 memanggil kami sebelum kami bangun, seperti lagu penjual
                 serabi, onde-onde, atau putu aceh.
                     Kadang-kadang ada saja di antara kami yang pura-pura
                 demam atau sakit kepala.

                     “Oh sakit?” tanya Ayah sambil memegang kepala yang
                 sakit itu. Dia pura-pura menaruh perhatian dengan memegang
                 ke pala yang sakit. “Wah sepanas hidung kucing,” sahutnya
                 pula. “Cepat-cepat ambil air wudhu supaya dingin,” serunya.
                     Ada sebuah nyanyian, barangkali dihafalnya sewaktu
                 masih bocah dulu, awal kata-katanya berbunyi, “Bangunlah
                 bangsa berwarna, bukakan matamu.” Lagu itu pun dinya-
                 nyikan Ayah dalam usaha mem buka mata anak-anak di waktu
                 Shubuh.
                     Sebelum melakukan shalat Shubuh, jendela-jendela
                 dibuka oleh Ummi. Menurut fatwa Ayah, terbukanya jendela
                 di waktu Shubuh, berarti terbukanya pintu rezeki hari itu.
                 Malaikat pembawa rezeki tidak segan-segan masuk. Harus
                 saya akui bahwa di saat kecil itu, melaksanakan shalat Shubuh
                 memang terasa selalu berat, tak jarang ada saja di antara kami



                 90                                           pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:39 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   90
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   90       1/13/2017   6:18:39 PM
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112