Page 268 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 268

Menjelang Akhir Hayat
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    memanjakan Ayah. Sekarang Ayah sudah dua malam tidur di
                    kamar yang seindah kamar hotel kelas satu ini,” katanya lagi.

                        Rumah tua di Jalan Raden Patah yang telah berumur
                    lebih seperempat abad itu memang sedang dalam perbaikan.
                    Selain karena tuanya, juga karena keinginan saya hendak
                    menggembirakan hatinya di hari tua, dan mensyukuri rezeki
                    Tuhan.  Ayah gembira melihat kelancaran pembangunan
                    rumah itu, dan sudah tiga hari dia menempati kamar yang
                    baru.
                        Satu jam kemudian ketika saya bekerja, saya ditelepon,
                    Ayah mengajak saya jalan-jalan dengan mobilnya. Kita
                    mencari angin menjelang Zhuhur. Kami pun jalan-jalan
                    di sekitar jalan By Pass. Banyak hal yang kami bicarakan,
                    terutama tentang kegiatan dia akhir-akhir ini.  Ayah
                    bertanya tentang rencana saya untuk naik haji. “Sebaiknya
                    menggunakan kelompok terbang terakhir, karena sudah agak
                    dingin,” demikian sarannya.

                        Lalu, Ayah cerita tentang undangan untuk menghadiri
                    sidang tahunan Majelis  Ta’sisi Rabithah, sekitar awal
                    Zulkaedah. Saya katakan sepertinya agak sulit bagi  Ayah
                    menempuh perjalanan sejauh itu, mengingat kondisi
                    kesehatannya. Dia membenarkan pendapat saya itu.
                    Pembicaraan beralih tentang keluarga. Dia menyebut beberapa
                    nama kemenakan yang biasa datang menjelang lebaran.
                        “Urus mereka itu, karena Ayah tak ada uang,” katanya.
                        Lalu, kami membicarakan kemungkinan terjadinya
                    serangan jantung lagi padanya, hingga saya memaksanya

                    membatalkan puasa. “Ya sudah, nanti bayar  fidyah ke si
                    Anu,” dia menyebut sebuah nama.



                                                                         251

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   251
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   251      1/13/2017   6:18:58 PM
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273