Page 271 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 271

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                 dibawa lagi. Dia tidak mengatakan ke mana akan dibawa.
                 Amalia tidak dapat meneruskan ceritanya, matanya merah,
                 dan terus saja memeluk saya dengan rasa cemas dan haru.

                     Minggu 19 Juli, saya datang lebih pagi. Di situ ada Ummi
                 Fathimah, kakanda  Ayah. Juga beberapa anggota keluarga
                 lain. Kami melihat Ayah secara bergantian. Kondisinya tetap
                 belum membaik. Ibu yang sejak malam menjaga di ru mah
                 sakit, pulang untuk istirahat dan mandi. Sehabis Zhuhur saya
                 me ninggalkan rumah sakit.

                     Tapi sebelum Maghrib tiba, Afif datang tergopoh-gopoh.
                 Perasaan saya tak enak. Katanya kondisi  Ayah semakin
                 memburuk. Segera kami menuju rumah sakit. Saya temui
                 Dokter  Amal Sutopo yang bekerja dengan amat hati-hati.
                 Saya kenal dokter ini sejak lama, karena merupakan salah
                 satu jamaah Masjid Agung Al-Azhar. Saya langsung bertanya
                 kondisi Ayah kepadanya. Dia menjelaskan secara teperinci
                 kondisi Ayah. Kadar gulanya sangat tinggi. Bagian jantung
                 yang terkena serangan sudah semakin me luas dan sulit diatasi.
                 Sore tadi Ayah anfal, tapi dapat tertolong.
                     Hari Minggu itu, keluarga dan kerabat dekat mulai
                 mengunjunginya. Di antaranya Pak Mohammad Natsir,
                 Pak Yunan Nasution, dan Pak Abdullah Salim. Ketika Pak
                 Syafruddin Prawiranegara datang,  Ayah sedang tidur dan
                 tidak boleh diganggu. Mereka sempat bersalaman, tapi
                 kondisi Ayah amat mengkhawatirkan.
                     Senin 20 Juli, keadaannya tidak berubah. Namun sekali-
                 sekali, kami lihat Ayah bangun. Begitu melihat kami melalui
                 pintu kaca, dia melambaikan tangannya yang tampak mulai
                 melemah. Kami masuk untuk menciumnya, kemudian
                 memberikan giliran kepada yang lain.


                 254                                          pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   254      1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   254
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276