Page 273 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 273

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                 enak. Ibu menyarankan saya istirahat di rumah malam itu,
                 agar tidak kelelahan bekerja keesokkan harinya. Saya pun
                 pulang bersama lima orang cucu Ayah, anak-anak itu gembira
                 melihat Nambo akan sembuh.

                     Kamis 23 Juli pukul 7 pagi, Syaiful, sopir Ayah datang
                 ke rumah saya dan cerita kalau semalam kondisi  Ayah
                 memburuk lagi. Tanpa mandi lebih dulu saya langsung pergi
                 menuju rumah sakit. Sepanjang jalan yang jaraknya 5 km
                 itu, saya pun berdoa kepada Tuhan. Saat itu, timbullah dalam
                 diri keberanian untuk memberi tahu kepada semua anak-
                 anak Ayah dan Ibu bahwa sudah saatnya kita mengikhlaskan
                 kepergian Ayah, bila Tuhan menakdirkannya saat ini.
                     Lalu, saya katakan kepada semua anak  Ayah, Ibu,
                 kakaknya  Ayah, Ummi Fathimah, istri Buya  A.R. Sutan
                 Mansur, juga Asma, adik kandung Ayah. Setiap yang datang
                 saya bisikkan keadaan  Ayah yang sebenarnya, dan minta
                 mereka tabahkan hati, agar ikhlas karena, “Kullu nafsin
                 dzaikatul maut.”

                     Kemudian saya temui dokter jantung, Savitri Siregar,
                 yang berwajah redup. Saya minta keterangan darinya.
                 Bagaikan runtuh bumi tempat saya berpijak ketika Dokter
                 Savitri yang dalam beberapa hari kelihatan lelah, dan telah
                 berusaha dengan sangat maksimal, menceritakan komplikasi
                 baru yang tak saya dengar sebelumnya. Salah satu saluran
                 darah ke otak Ayah telah lumpuh. “Allah!” seru saya.
                     Pagi itu, semua anak-anak Ayah berada di ruang tunggu,
                 juga beberapa orang menantu, dan cucu.
                     “Apakah keadaan Buya sudah  in coma?” Tanya  saya
                 pada dokter. Dia mengangguk. Saya menuju kamar  Ayah,



                 256                                          pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   256      1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   256
   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278