Page 66 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 66

Tahun-Tahun yang Cerah
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    kebiasaan orang Jawa Barat, Ibu memanggil anak laki-lakinya
                    sebagai “Cecep”, dan anak perempuannya sebagai “Neneng”.

                        Hanya selang beberapa bulan, Ibu telah mendapatkan
                    simpati dari anak-menantu, serta cucu-cucunya. Begitupun
                    sanak famili orang Sungai Batang menerima kehadiran
                    wanita Cirebon ini dengan penuh kasih sayang. Hal itu karena
                    kami menyaksikan sendiri ketulusan hatinya mengurus
                    Ayah dan kasih sayangnya pada anak-cucu. Dan, Ayah pun
                    memperlakukannya penuh kasih sayang, seperti perlakuannya
                    terhadap Almarhumah Ummi dahulu.
                        “Kalau  Almarhumah Ummi dulu dikatakan sebagai
                    obat hati  Ayahku, karena aku mengawininya saat  Ayahku
                    dalam duka cita. Maka, Ibu Khadijah ini adalah obat hati
                    anak-anakku, karena duka cita kami ditinggalkan Ummi,”
                    begitu kata Ayah, memuji istrinya di depan kami. Kami pun
                    memujinya sebagai ibu tercinta sejak kehadirannya bersama
                    kami, sampai kelak Tuhan memisahkan.



                    Sejak hari Jumat, 17 Juli 1981, Ibu duduk di samping Ayah
                    yang terbaring di rumah sakit. Dia tak mau diajak pulang,
                    untuk kami gantikan menjaga Ayah di rumah sakit itu, sampai
                    Jumat berikutnya tangga 24 Juli, tatkala Ayah mengembuskan
                    napas terakhir. Sebelumnya pada hari Kamis pada pukul 07.00
                    pagi, ketika sedang menyuapi Ayah makan, Ayah memegang
                    tangannya. Dan tiba-tiba saja tangan itu terasa melemah,
                    badannya juga agak kaku. Ibu terkejut lalu memanggil suster.
                    Saat itulah Ayah tak sadarkan diri atau koma.

                        Ibu tidak meratap, hanya air matanya menetes satu demi
                    satu tatkala Ayah sudah tiada. Kemudian badannya melemah


                                                                         49

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:36 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   49
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   49       1/13/2017   6:18:36 PM
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71